Oleh karena itu, ketika seseorang dengan polosnya memamerkan rencana keberangkatan ke Kamboja tanpa informasi yang jelas, banyak netizen merasa harus bertindak, meskipun mereka sendiri bingung bagaimana cara menyampaikannya tanpa menyinggung.
Komentar-komentar yang membanjiri video tersebut menunjukkan perasaan campur aduk, antara ingin memperingatkan, tapi juga takut dianggap terlalu ikut campur.
Frasa “Gimana cara ngasih tahunya?” pun menjadi semacam ungkapan bersama dari netizen yang merasa khawatir, namun tidak tahu cara menyampaikan pesan dengan tepat kepada sang wanita.
Sebagian mencoba mengedukasi dengan cara halus di kolom komentar, membagikan tautan berita atau video dari mantan korban.
Namun, sebagian lainnya juga merasa pesimis, karena biasanya orang yang sudah tertarik dengan janji manis pekerjaan di luar negeri sulit untuk diyakinkan kembali.
Fenomena ini menunjukkan betapa pentingnya edukasi digital dan literasi informasi bagi masyarakat.
Di era media sosial, keputusan besar seperti bekerja di luar negeri sering kali dimotivasi oleh cerita-cerita sukses yang viral tanpa ada filter realitas.
Pemerintah dan lembaga sosial perlu meningkatkan kesadaran publik tentang risiko perdagangan manusia dan penipuan berkedok pekerjaan, terutama di negara-negara seperti Kamboja, Myanmar, dan Laos yang kini jadi pusat operasi sindikat kriminal internasional.