Fifi menegaskan bahwa ia tidak menyalahkan siapa pun atas kondisi tersebut. Ia justru menganggap semua kesalahan berada pada dirinya sendiri. Akhirnya, ia memutuskan untuk mundur dari pekerjaannya, bukan karena lemah, tetapi demi bisa hadir di masa kecil anak-anaknya.
“Bukan karena lemah, tapi aku mau ada di masa kecilnya,” ungkapnya, sembari mengakui bahwa ia sudah melewatkan banyak momen berharga bersama buah hati.
Di akhir ceritanya, Fifi menyampaikan pesan bahwa banyak ibu pekerja di luar sana yang tetap mampu mengurus anak dengan baik. Ia tidak ingin kisahnya dijadikan generalisasi.
“Ini hanya ceritaku, jangan dipukul rata,” tulisnya.
Ia pun berharap kisah ini dapat menjadi pengingat bagi para ibu untuk terus berjuang tanpa mengorbankan kebahagiaan sang anak.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)