Pengguna TikTok Reesa Teesa, yang baru-baru ini menarik perhatian lewat kisah dramatis pernikahannya dalam rangkaian video berdurasi lebih dari enam jam, dianggap sebagai contoh nyata dari bentuk yapping yang menjadi tren.
Jess Rauchberg, asisten profesor teknologi komunikasi di Seton Hall University, mengatakan bahwa fenomena yapping menjadi semakin umum mengingat TikTok kini mendorong video berdurasi lebih panjang. Saat ini, pengguna dapat mengunggah video hingga sepuluh menit, bahkan platform ini sedang menguji coba durasi video hingga tiga puluh menit, menurut laporan TechCrunch.
Kata yap sendiri sudah ada sejak awal abad ke-17, menurut Nicole Holliday, asisten profesor linguistik di Pomona College. Awalnya, kata ini digunakan untuk menggambarkan suara gonggongan anjing. Dalam beberapa dekade terakhir, kata tersebut juga muncul dalam musik hip-hop.
Kabar baik bagi pengguna yang merasa terganggu dengan tren ini, menurut Dr. Holliday, adalah bahwa istilah yapping kemungkinan besar akan segera menghilang, secepat kemunculannya. Istilah slang biasanya hanya bertahan selama masih tidak diketahui oleh orang-orang yang dianggap tidak keren.
“Masalahnya dengan TikTok adalah orang-orang yang dianggap tidak keren juga bisa melihatmu berbicara di ruang publik,” ujarnya.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)