Unggahan tersebut langsung dibanjiri komentar dari ribuan netizen yang menyatakan simpati dan empati terhadap si wanita.
Banyak yang menyayangkan sikap rekan-rekan sekantornya yang dianggap terlalu dingin dan tidak menunjukkan rasa kemanusiaan.
“Kena PHK itu udah berat banget, apalagi kalau harus ninggalin kantor tanpa pelukan atau ucapan terima kasih. Ini sedih banget,” tulis salah satu pengguna Instagram.
“Bawa makanan buat ditraktir padahal pasti hati lagi campur aduk. Tapi malah nggak ada yang nyentuh. Nggak sopan sih ini,” ujar netizen lainnya.
Namun di sisi lain, beberapa netizen mencoba melihat dari perspektif lain. Ada yang menyebut bahwa situasi di kantor mungkin sedang tidak memungkinkan untuk berekspresi, atau bahwa ada dinamika relasi yang tidak diketahui publik di balik sikap dingin rekan kerja tersebut.
“Ada juga kemungkinan kalau dia emang kurang dekat sama teman-temannya di kantor, jadi mereka nggak merasa terlalu kehilangan,” komentar lainnya menambahkan.
Pengalaman wanita tersebut menyingkap sisi lain dari budaya kerja modern yang sering kali terlalu fokus pada produktivitas dan profesionalitas, hingga mengabaikan koneksi emosional antar individu.
Dalam banyak perusahaan, karyawan bisa bekerja bertahun-tahun bersama tanpa membangun hubungan yang hangat, dan akhirnya berpisah seolah tidak pernah ada ikatan.
Fenomena ini memperlihatkan pentingnya budaya kerja yang sehat, inklusif, dan menghargai individu, bukan hanya sebagai “pekerja,” tetapi sebagai manusia dengan perasaan.
Curhatan wanita ini mungkin hanya satu dari banyak kisah serupa yang tak terdengar. Tapi dengan unggahannya yang viral, ia telah membuka mata publik tentang bagaimana rasanya tidak dihargai, bahkan di saat-saat terakhir.
Bagi banyak orang, ini menjadi pengingat bahwa sekecil apapun perhatian atau ucapan bisa sangat berarti. Bahwa pelukan atau ucapan tulus bisa menjadi perpisahan yang berkesan, bukan hanya sekadar "hati-hati".
Kini, unggahan tersebut sudah dilihat ratusan ribu kali dan memicu diskusi luas tentang empati, solidaritas, dan dinamika hubungan di lingkungan kerja.
(Kemas Irawan Nurrachman)