Lingkungan keluarga pertama adalah Ayah, Ibu dan individu itu sendiri. Hubungan antara anak dengan kedua orangtuanya merupakan hubungan timbal balik dimana terdapat interaksi di dalamnya.
Setiap orangtua tentunya ingin yang terbaik bagi anak-anak mereka. Keinginan ini kemudian akan membentuk pola asuh yang akan ditanamkan orangtua kepada anak-anak.
Pola asuh menurut Diana Baumrind (1967), pada prinsipnya merupakan parental control yaitu bagaimana orangtua mengontrol, membimbing, dan mendampingi anak-anaknya untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangannya menuju pada proses pendewasaan.
Namun, hal tersebut menjadi sebuah tantangan besar ketika anak sudah masuk ke masa remaja alias menuju dewasa.
Masa remaja sebenarnya menjadi masa yang indah untuk mengukir cerita penuh kenangan. Namun, bisa hilang dalam sekejap apabila remaja terjerumus ke dalam bahaya pergaulan bebas.
Remaja memiliki risiko yang tinggi untuk terjerat pergaulan bebas. Hal ini karena remaja memiliki rasa ingin tahu yang cukup besar terhadap hal-hal yang berkaitan dengan hubungan seksual.
Selain itu, pencarian jati diri atau mungkin identity crisis juga berperan dalam mendorong perilaku seks pada remaja. Tanpa adanya edukasi yang cukup dari orang tua, rasa ingin tahu ini dapat membuat remaja mencoba untuk mencari tahu sendiri hal-hal tersebut.
Nah, ketika terjadi ‘kenakalan remaja’ pada anak, tentu hal ini juga menjadi bentuk peringatan alias ‘tamparan’ bagi orang tua. Meski tetap harus memberikan pendampingan pada anak selama menghadapi masalahnya, ada beberapa hal lain yang harus dilakukan orang tua. Berikut di antaranya.
1. Ajari anak belajar dari kesalahan
Tidak ada manusia yang sempurna. Terapkan hal tersebut ke dalam pikiran anak. Meski begitu, dalam hal ini orang tua juga perlu mengajarkan anak untuk terampil dalam hidup (life skill), bukan sedang menciptakan manusia super tanpa kesalahan.
Jadi, beri kesempatan pada anak untuk melakukan kesalahan dan dorong untuk memecahkan masalahnya sendiri. Setelah anak mengutarakan solusi, terima dahulu pemikirannya, setelah itu bersama-sama dengan anak untuk mengatasinya.