Pauline juga menjelaskan negara seperti Hong Kong, Jepang, Taiwan, Korea hingga China mulai memerhatikan standarisasi untuk memenuhi destinasi wisata yang ramah muslim mulai dari fasilitas hotel dengan bidet, destinasi wisata hingga kuliner autentik yang halal.
“Mereka menyediakan list restaurant halal dan Muslim friendly. Tentunya wisatawan kita ketika berkunjung ke satu negara, kan pengennya icipin makanan lokal. Nah, Hongkong itu sudah menyediakan dimsum halal. Mereka juya punya masjid yang dikelola oleh orang Indonesia,” jelas Pauline.
Penyesuaian konsep muslim friendly traveler ini tidak hanya makanan, tetapi indikator akumulasi dan juga isi perjalanannya.
Peningkatan permintaan dari muslim traveler ini membuat para pelaku bisnis di sektor pariwisata ikut beradaptasi. Pauline pun mengungkap sejumlh negara non OOC ini terus mengembangkan produk-produk paket wisata dan menyesuaikan dengan kebutuhan para muslim traveler.
(Rani Hardjanti)