Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Fatherless vs Daddy Issue: Apa Bedanya? Ini Penjelasannya

Gilang Patria Ramadhan Baskoro , Jurnalis-Rabu, 17 September 2025 |20:52 WIB
Fatherless vs Daddy Issue: Apa Bedanya? Ini Penjelasannya
Fatherless vs Daddy Issue: Apa Bedanya? Ini Penjelasannya (Foto: Freepik)
A
A
A

JAKARTA – Istilah fatherless dan daddy issue sering kali digunakan secara bergantian, padahal keduanya memiliki makna yang berbeda. Mengutip Daddyless Daughters, fatherless merujuk pada kondisi ketika seorang anak perempuan tumbuh tanpa kehadiran ayah yang konsisten, baik secara fisik maupun emosional. Sementara itu, menurut Verywell Mind, daddy issue lebih mengarah pada dampak psikologis akibat hubungan yang tidak sehat dengan ayah atau figur ayah.

Apa Itu Fatherless?

Istilah fatherless tidak selalu berarti seorang anak tidak pernah mengenal ayahnya. Seorang anak perempuan bisa disebut daddyless daughter jika ayahnya meninggal, bercerai, dipenjara, atau meski tinggal serumah namun tidak hadir secara emosional misalnya karena kecanduan alkohol, bersikap abusif, atau tidak terlibat dalam pengasuhan.

Ketiadaan figur ayah dapat memengaruhi perkembangan emosional, sosial, bahkan biologis anak perempuan. Sebuah penelitian dalam Journal of Adolescent Health menunjukkan bahwa absennya ayah bisa mempercepat pubertas pada anak perempuan, yang berdampak pada dinamika perkembangan psikoseksual mereka.

Apa Itu Daddy Issue?

Berbeda dengan fatherless, istilah daddy issue digunakan untuk menggambarkan masalah emosional dan pola hubungan yang muncul akibat pengalaman buruk dengan ayah. Menurut Verywell Mind, daddy issue tidak termasuk diagnosis resmi dalam psikologi, tetapi lebih kepada istilah populer yang menggambarkan insecure attachment style.

Gejala umum daddy issue antara lain:

  • Selalu mencari pasangan yang lebih tua atau figur ayah sebagai pengganti.
  • Merasa cemburu berlebihan atau terlalu posesif dalam hubungan.
  • Memiliki ketakutan ditinggalkan sehingga terus-menerus butuh kepastian.
  • Cenderung mengulangi pola hubungan yang toksik karena merasa “familiar” dengan dinamika tersebut.
 

Dampak Psikologis

Kedua kondisi ini sama-sama dapat memengaruhi kepercayaan diri, kesehatan mental, dan pola hubungan di masa dewasa. Fatherless cenderung menekankan pada penyebab, yakni ketiadaan figur ayah, sedangkan daddy issue menyoroti akibat atau dampak psikologis dari pola asuh yang tidak sehat.

Psikolog menekankan bahwa membangun hubungan sehat dengan figur ayah atau ayah pengganti yang suportif sangat penting untuk perkembangan anak. Meski begitu, terapi psikologis dapat membantu individu dengan daddy issue untuk mengatasi luka masa kecil, memperbaiki pola hubungan, serta membangun kepercayaan diri yang lebih sehat.

(Kurniasih Miftakhul Jannah)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita women lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement