Hubungan hangat antara ayah dan anak dapat tercipta tanpa harus mengorbankan kemandirian anak. Kedekatan bukan berarti memanjakan, melainkan membangun rasa percaya dan rasa aman yang menjadi bekal penting dalam proses tumbuh kembang.
Ketika ayah hadir dengan sikap yang penuh perhatian namun tetap menekankan kemandirian, anak belajar untuk berdiri di atas kaki sendiri sambil tetap merasa terlindungi.
"Inilah keseimbangan yang menjadi kunci dalam pengasuhan: kehangatan yang tidak melemahkan, tetapi justru menguatkan," kata Indah.
Peran Ayah dalam Keluarga
Peran ayah dalam keluarga, lanjutnya, jauh melampaui tugas mencari nafkah. Ayah berperan menetapkan aturan, membangun moral, menciptakan nilai, sekaligus menentukan batasan yang sehat bagi anak.
Melalui figur ayah, anak belajar mengenal disiplin, tanggung jawab, dan etika dalam berperilaku. Ketika ayah secara konsisten memberikan contoh, kata-kata dan tindakannya menjadi pedoman yang tertanam kuat dalam diri anak, membentuk karakter yang kokoh dan pandangan hidup yang jelas.
Kehadiran ayah secara fisik dan emosional sama pentingnya. Tidak hanya hadir di rumah, tetapi juga terlibat dalam aktivitas sehari-hari, mendengarkan cerita, menenangkan saat anak mengalami kegagalan, hingga memberikan pelukan yang menumbuhkan rasa aman. Dari interaksi sederhana inilah anak memperoleh kekuatan psikologis yang menjadi dasar perkembangan kepribadian mereka.
Di tengah tantangan modern yang sering memisahkan orangtua dari anak karena kesibukan, jutsru ayah harus berperan menyatukan kasih sayang, aturan, dan dukungan emosional menjadi semakin penting.
"Kehadiran yang utuh adalah investasi jangka panjang bagi masa depan anak," tutupnya.
(Rani Hardjanti)