Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Indonesia Darurat Fatherless: Dekat dengan Ayah Bukan Berarti Manja

Aira Cecilia , Jurnalis-Rabu, 17 September 2025 |11:30 WIB
Indonesia Darurat <i>Fatherless</i>: Dekat dengan Ayah Bukan Berarti Manja
Indonesia Darurat {Fatherless}: Dekat dengan Ayah Bukan Berarti Anak Manja. (Foto: Freepik)
A
A
A

JAKARTA - Fenomena fatherless atau ketidakhadiran sosok ayah dalam kehidupan anak kini menjadi sorotan serius di Indonesia. Sejumlah penelitian internasional mencatat, Indonesia termasuk salah satu negara dengan tingkat fatherless tertinggi di dunia. 

Namun di tengah perbincangan tentang pentingnya peran ayah, masih banyak kesalahpahaman yang beredar. Salah satunya anggapan bahwa anak yang dekat dengan ayah akan tumbuh manja dan tidak mandiri.

Psikolog keluarga Indah SJ, M.Psi menegaskan, kedekatan emosional antara anak dan ayah justru menjadi fondasi penting pembentukan karakter. Manja dan dekat adalah dua hal yang sama sekali berbeda. Lalu apa bedanya? Menurut Indah, dekat berarti ada kelekatan emosional yang sehat, sementara manja identik dengan ketergantungan berlebihan. 

Anak yang merasa dicintai dan dilibatkan ayah dalam aktivitas sehari-hari cenderung lebih percaya diri, mampu mengambil keputusan, dan memiliki kemampuan sosial yang baik. 

Sebaliknya, anak yang kurang mendapat perhatian figur ayah sering menghadapi masalah kepercayaan diri, kesulitan mengatur emosi. "Bahkan berisiko mengalami gangguan kesehatan mental di masa depan," ujarnya, seperti dikutip dari akun TikToknya, Rabu (17/9/2025). 

Tingginya angka fatherless di Indonesia bukan hanya disebabkan oleh perceraian. Banyak yang menempatkan ayah hanya sebagai pencari nafkah membuat banyak ayah hadir secara fisik, namun absen secara emosional. Fenomena ini berdampak luas, mulai dari meningkatnya risiko perilaku bermasalah pada remaja, kesulitan akademik, hingga tingginya angka depresi dan kecemasan.

Di era modern, peran ayah tak lagi bisa dipandang sebatas pemberi nafkah. Ayah juga harus hadir sebagai pendamping emosional yang memberikan teladan, rasa aman, dan kasih sayang. 

Anak laki-laki maupun perempuan sama-sama membutuhkan figur ayah untuk membantu mereka mengenal identitas diri dan belajar menghadapi tantangan hidup. 

Untuk itu, lanjutnya, anggapan bahwa kedekatan dengan ayah akan membuat anak menjadi manja sudah saatnya ditinggalkan. "Justru, kelekatan emosional dengan ayah membuat anak tumbuh lebih mandiri dan kuat," ungkapnya. 

 

Hubungan hangat antara ayah dan anak dapat tercipta tanpa harus mengorbankan kemandirian anak. Kedekatan bukan berarti memanjakan, melainkan membangun rasa percaya dan rasa aman yang menjadi bekal penting dalam proses tumbuh kembang. 

Ketika ayah hadir dengan sikap yang penuh perhatian namun tetap menekankan kemandirian, anak belajar untuk berdiri di atas kaki sendiri sambil tetap merasa terlindungi. 

"Inilah keseimbangan yang menjadi kunci dalam pengasuhan: kehangatan yang tidak melemahkan, tetapi justru menguatkan," kata Indah. 

Peran Ayah dalam Keluarga 

Peran ayah dalam keluarga, lanjutnya, jauh melampaui tugas mencari nafkah. Ayah berperan menetapkan aturan, membangun moral, menciptakan nilai, sekaligus menentukan batasan yang sehat bagi anak. 

Melalui figur ayah, anak belajar mengenal disiplin, tanggung jawab, dan etika dalam berperilaku. Ketika ayah secara konsisten memberikan contoh, kata-kata dan tindakannya menjadi pedoman yang tertanam kuat dalam diri anak, membentuk karakter yang kokoh dan pandangan hidup yang jelas.

Kehadiran ayah secara fisik dan emosional sama pentingnya. Tidak hanya hadir di rumah, tetapi juga terlibat dalam aktivitas sehari-hari, mendengarkan cerita, menenangkan saat anak mengalami kegagalan, hingga memberikan pelukan yang menumbuhkan rasa aman. Dari interaksi sederhana inilah anak memperoleh kekuatan psikologis yang menjadi dasar perkembangan kepribadian mereka. 

Di tengah tantangan modern yang sering memisahkan orangtua dari anak karena kesibukan, jutsru ayah harus berperan menyatukan kasih sayang, aturan, dan dukungan emosional menjadi semakin penting. 
"Kehadiran yang utuh adalah investasi jangka panjang bagi masa depan anak," tutupnya. 

(Rani Hardjanti)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita women lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement