Meski demikian, lingkungan digital yang menjadi “rumah” Gen Z membawa tantangan tersendiri. Paparan media sosial yang penuh citra sempurna memicu perbandingan diri dan rasa minder, sementara interaksi tatap muka berkurang. Ditambah lagi, ketidakpastian masa depan dari perubahan iklim hingga instabilitas pekerjaan membuat beban mental mereka semakin berat.
Para ahli sepakat, tantangan ini tak akan hilang dalam semalam. Tetapi, kesadaran yang semakin tinggi lintas generasi membuka peluang untuk menciptakan ruang aman, memperluas akses layanan konseling, dan mengikis stigma seputar kesehatan mental. Pada akhirnya, stres dan kecemasan adalah bahasa universal yang melampaui batas tahun kelahiran dan mungkin, justru bisa menjadi alasan untuk saling memahami.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)