Ketika memberikan penjelasan mengenai perceraian kepada anak jangan berbohong dan jangan menjelekkan mantan pasangan sebaiknya jelaskan dengan bahasa yang netral dan sederhana, seperti "Mama dan Papa tidak bisa tinggal bersama lagi, tapi kami tetap sayang sama kamu."
Hal ini perlu dilakukan agar anak tidak merasa ditinggalkan atau disalahkan.
Usahakan tetap ada rutinitas tidur, makan dan sekolah anak yang stabil karena anak butuh keyakinan untuk merasa aman. Selain itu, hindari anak jadi korban perebutan atau "ditarik ke pihak mana" agar anak tidak merasa dunia runtuh total dan dia tahu hidup tetap berjalan.

Tak kalah penting, jangan lupa selalu sediakan waktu untuk berbicara dari hati ke hati dengan anak agar mereka tidak memendam emosi dan tumbuh dengan komunikasi sehat.
Dalam sesi ngobrol dari hati ke hati ini orangtua dapat menanyakan beberapa hal, seperti "Apa yang kamu rasakan hari ini?" dan "Apa ada hal yang ingin kamu ceritakan ke Mama/Papa?"
Perceraian ini dapat berpengaruh pada kondisi kesehatan mental anak. Oleh karena itu, ketika anak sudah menunjukkan tanda-tanda seperti menarik diri dari lingkungan, sering tantrum atau agresif dan prestasi sekolah menurun drastis maka perlu bantuan dari profesional, Psikolog agar anak mendapat pendampingan yang lebih tepat secara klinis.