Wignyo menghadirkan koleksi bertema “Second Life” sebagai wujud kepedulian terhadap pelestarian lingkungan. Dalam koleksi ini, Wignyo memanfaatkan potongan kain tenun ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin) yang sebelumnya tidak terpakai dan berpotensi menjadi limbah tekstil. Melalui eksplorasi desain dengan teknik aplikasi perca, potongan-potongan kain tenun ATBM, seperti spunsilk, tenun full bintik, tenun lurik, tenun salur bintik, dan tenun benang putus, dirangkai menjadi gaya pakaian yang artistik.
Koleksi ini terdiri dari long dress, blouse, outerwear/cape, rok overslah, dan celana panjang dengan desain timeless serta potongan simetris. Didominasi oleh warna-warna cerah, koleksi ini menonjolkan sisi kasual dan energik. Detail ruffle, list warna kontras, kerut, lipit, dan ornamen patchwork dengan nuansa terakota, lime green, biru, hijau monokromatis, dan oranye menjadi sorotan utama dalam aksentuasi koleksi ini.
Dian Pelangi menampilkan koleksi bertema “Street Style Parisian,” yang menggabungkan gaya kasual modern dengan sentuhan budaya tradisional melalui penggunaan wastra tenun limar khas Palembang. Setiap detail dirancang dengan teknik tenun dan bordir yang unik, menghasilkan tampilan elegan dan memikat. Bahan jeans memberikan nuansa kasual yang menjadi ciri khas koleksi ini, yang juga dilengkapi dengan aksesori topi dan hijab yang di-styling khusus.
Koleksi ini mengusung prinsip sustainable development goals (SDG), khususnya zero waste, dengan memanfaatkan kain perca sisa produksi menjadi embellishment berbentuk bunga. Kehadiran Dian Pelangi di IN2MF Paris diharapkan semakin memperkuat posisinya sebagai pelopor modest fashion yang menggabungkan tradisi dan modernitas, sekaligus mendukung keberlanjutan dalam industri fashion.
(Tuty Ocktaviany)