Sebagaimana dilansir South China Morning Post, Sabtu (22/2/2020), asal usul nama tempura diyakini berasal dari kata lain tempora yang mengacu pada masa berpuasa ketika Gereja Katolik memerintahkan agar para pengikutnya menghindari mengonsumsi daging.
Selama periode-periode ini, orang-orang Katolik Portugis akan mengaduk-ngaduk dan menggoreng sayuran daripada unggas atau ikan. Secara umum peixinhod do horta memiliki arti yakni “ikan kecil di kebun”.
Kepala koki di Restaurante Feitoria yang mendapatkan anugerah Michelin di Lisbon, Joao Rodrigues menganggap hal ini sebagai salah satu tanda globalisasi. “Tradisi adalah kontra indikasi besar, karena apa yang kita sebut tradisi sekarang adalah suatu evolusi. Waktu dan keinginan berubah, orang juga berubah sehingga makanan juga harus berubah,” katanya.
Para pelaut Portugis pada abad ke-15 dan ke-16 sangat berperan dalam memindahkan banyak barang yang bisa dikonsumsi dari seluruh dunia. Misalnya saat mereka memperkenalkan cabai dari Amerika menuju India. Mereka juga membawa bahan-bahan eksotis kembali menuju Portugal terutama yang berasal dari negara bekas jajahan mereka.
“Semua bekas koloni seperti Macau, Goa, Angola, Cabo, Verde, Brasil dan Mozambik semuanya memiliki pengaruh besar terhadap makanan Portugis. Kacang, paprika, tomat, kentang, cabai, singkong, ubi dan ketumbar adalah makanan yang hampir muncul di setiap hidangan dalam masakan tradisional Portugis,” tutup Rodrigues.
(Muhammad Saifullah )