Dalam mengembangkan bisnis tas nya ini dari awal hingga sekarang sudah sebesar ini, Ferry mengaku dirinya lebih menganut pada prinsip mengalir seperti air. Ditambah dengan prinsip dirinya yang berfikir bahwa dirinya sebagai seorang wirausaha wanita, harus tidak boleh lupa memberikan kontribusi pada sesama kaum wanita dan lingkungan sekitar.
“Kalau ditanya mulai kapan kepikiran untuk memberdayakan kaum perempuan di sekitar ku dengan membuka lapangan pekerjaan, jujur saat dulu dari awal aku bangun usaha ini. Selain membuka lapangan pekerjaan, aku juga terkadang istilahnya menjadi pembicara dan konsultan lah memberikan ilmu kepada para supplier agar mereka bisa usaha secara mandiri,” imbuh ibu tiga orang putra ini.
Sebagai seorang wirausaha, Ferry mengaku ia tidak mau berpikiran perihal uang dan keuntungan terus-menerus. Kerap bolak-balik ke banyak daerah untuk sekedar menjadi bintang tamu ataupun pembicara, ia mengaku senang bisa memberikan ilmu dan inspirasi bagi orang lain yang mendengar dan melihat perjalanan bisnisnya tersebut. Walaupun, terkadang ia suka digoda oleh teman-teman dan keluarganya, karena sudah meluangkan sekian waktu dan tenaga namun apa yang dilakukannya tersebut bukanlah merupakan kegiatan yang bisa mendatangkan uang banyak.
“Terkadang orang dalam menjalankan bisnis itu idealis, aku jujur sih tidak idealis. Aku memilih untuk fleksible dalam arti tidak melulu harus idealis dan juga jangan terlalu komersil, kita juga jangan sampai lupa untuk memberikan kontribusi untuk lingkungan sekitar, bagi-bagi ilmu, jadi kerjanya senang. Dengan begini saya merasa balance, cari uang, hubungan ke Tuhan, hubungan kepada para karyawan. Menurut saya nanti hal lainnya akan mengikuti saja, bonus saja itu mah dikasih syukur, tidak yasudah. Aku sih begitu ya, enggak tahu kalau yang lain,” paparnya sambil tersenyum.
Memulai bisnis di 2002, hingga berlanjut sampai produk-produk Gendhis Bag kini sudah diekspor ke berbagai negara mulai dari Amerika, Jepang, Venezuela, Malaysia, sampai Spanyol. Wanita satu ini mengungkapkan dirinya hanya mengikuti alur yang ada dan sebisa mungkin tetap mawas diri dengan kata ‘eskpor’. Lebih lanjut Ferry menuturkan, dirinya tidak mau terlena dengan kata eskpor karena ia sadar betul bahwa pasar dan konsumen lokal dalam negeri lah yang membuat bisnisnya masih bisa berkibar hingga saat ini.
“Pengembangan bisnis itu sih relatif, aku mengerjakan bisnis ini sih santai mengikuti alur saja enggak yang gimana-gimana. Intinya kalau soal go-internasional, jangan terlena dengan kata ekspor itu sendiri, pasar yang bikin aku bertahan sampai sekarang ya pasar domestik dalam negeri sendiri. Ekspor itu kan naik turun juga karena krisis dunia, para buyer pun tidak bodoh mereka berusaha menekan kita jual dengan harga yang murah banget seperti China yang mampu bikin produksi masal,” tandasnya.