Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

OKEZONE STORY: Menelusuri Jejak Perjalanan Sang Maestro Foto, Don Hasman

Tentry Yudvi , Jurnalis-Jum'at, 11 Agustus 2017 |20:00 WIB
OKEZONE STORY: Menelusuri Jejak Perjalanan Sang Maestro Foto, Don Hasman
Don Hasman (foto: Dokumentasi Pribadi Don Hasman)
A
A
A

ZAMAN sekarang perkembangan dunia traveling sudah diimbangi dengan kemajuan kamera untuk mengabadikan momen-momen perjalanan. Fotografer pun menjadi salah satu pekerjaan sekaligus hobi yang menyenangkan dengan adanya tren tersebut.

Indonesia juga memiliki seseorang nan ahli akan pengambilan gambar dan ia sudah menekuni pekerjaan tersebut selama lebih dari 40 tahun, ialah Don Hasman.

(Karya Don Hasman)

Namanya mungkin tak lagi asing di kalangan fotografer Tanah Air khususnya fotografer travelling. Dengan usia yang sudah memasuki 76 tahun, beliau masih aktif lho mengabadikan momen-momen terindah dari alam yang dimiliki Indonesia.

(Baca Juga:  OKEZONE STORY: Saptoyo, "Saya Dibilang Orang Gila Karena Menanam Mangrove")

Langkahnya tak gentar untuk menaklukkan semua sisi kehidupan, baik suku pedalaman, mendaki gunung hingga menyelam di tempat terindah pun sudah pernah dicicipi.

(Karya Don Hasman)

Hasil karyanya yang begitu tajam dan nyata bahkan menjadi acuan banyak fotografer Indonesia dalam membidik objek. Don Hasman juga dikenal sebagai bapak Etnofotografi di Indonesia, di mana Etnofotografi merupakan teknik pengambilan gambar dari kehidupan masyarakat.

Karyanya begitu nyata dan begitu menawan membuat banyak orang pun teringat akan karya karyanya. “Etnofotografi itu hanya satu dari 20-30 kajian fotografi yang saya kuasai. Saya hanya tidak bisa mengabadikan gambar forensik saja,” tutur Don yang terdengar bersahaja sekali ketika bertemu Okezone.

Wajar saja di usianya tersebut ada lebih dari 20 bidang fotografi yang ia dalami, karena awal mula karir sebagai fotografi sudah digelutinya ketika berusia 11 tahun sekitar tahun 1955.

Pria yang lahir di Jakarta, 7 Oktober 1940 tersebut, pertama kali menyentuh kamera saat itu ketika ia meminjam kamera milik kakaknya Voigtlander buatan Austria, yang dipinjam dari kakaknya.

“Objek pertama saya waktu itu sekitar rumah saja, kebetulan rumah berada di Jakarta. Saya banyak mengabadikan arsitektur dan dulu sekitar Gajah Mada ada tram, “ jelasnya.

Hobinya itu kemudian diperdalam sehingga kakaknya memberikannya tiga buah kamera. Berawal dari lingkungan sekitar, ia kemudian menekuni fotografi dengan autodidak.

(Karya Don Hasman)

Di mana Don mempelajari semua ilmu dari membaca buku, bahkan buku yang dibacanya hingga saat ini masih belum tuntas dipelajarinya. Baginya dengan membaca buku menambah banyak pengalaman baru dan wawasan baru.

Mengenai travelling sendiri, ia memulainya dengan pergi ke Bandung di usianya yang baru saja 15 tahun dengan sepeda bersama seorang tukang becak. Perjalanan itu pun ditempuh selama dua hari, hanya demi menyaksikan secara langsung Konferensi Asia Afrika pertama kali yang helatkan di Bandung pada tahun 1955.

“Saya menggenjot sepeda gantian dengan dia, perjalanan saya tempuh selama dua hari dan tiba di sana pas acara dan tamu negara datang,” lanjutnya.

Dari situlah, ia mulai melakukan perjalanan-perjalanan kecil menggunakan kameranya yang kemudian membuahkan hasil. Sebelum bekerja di sebuah majalah menjadi seorang fotografer, pertualangannya terhadap keindahan suku pedalaman pun dimulai dari sini.

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita women lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement