Anak yang memukul orang lain seringkali membuat orangtua bingung dan khawatir. Dalam ilmu parenting, ini bukanlah tanda bahwa anak nakal atau jahat, melainkan bentuk ekspresi emosi yang belum mereka pahami dengan baik.
Ketika anak merasa frustrasi atau marah, mereka sering kali memukul karena tidak tahu cara lain untuk mengekspresikan emosi. Ajarkan anak untuk menggunakan kata-kata untuk menggambarkan apa yang mereka rasakan. Misalnya, jika mereka marah, dorong mereka untuk mengatakan “Aku marah” daripada memukul.
Dengan mengajari anak untuk berbicara tentang perasaan mereka, Anda membantu mereka menemukan cara yang lebih sehat dalam berkomunikasi.
Anak perlu tahu apa yang harus dilakukan saat mereka marah atau kesal, bukan hanya apa yang tidak boleh dilakukan. Anda bisa memberikan contoh alternatif, seperti memeluk boneka, meminta waktu sendiri, atau menarik napas dalam-dalam. Tunjukkan bahwa ada cara lain yang lebih baik untuk menenangkan diri dan mengatasi perasaan tanpa perlu memukul.
Terkadang, anak memukul karena mereka terjebak dalam situasi yang membuat mereka merasa terpojok atau terancam. Beri mereka tips sederhana untuk menghindari konflik fisik, seperti berjalan menjauh saat marah atau meminta bantuan orang dewasa. Ini akan membantu anak merasa lebih percaya diri dalam menangani situasi sulit tanpa harus menggunakan kekerasan.
Pada usia tertentu, anak suka bereksperimen dengan perilaku baru, termasuk memukul. Ini bukan berarti mereka dengan sengaja ingin menyakiti orang lain, melainkan mereka sedang mencoba memahami batasan-batasan sosial.
Sebagai orangtua, penting untuk memahami fase ini dan memberikan bimbingan tanpa memberikan reaksi berlebihan. Berikan mereka pengertian bahwa memukul bukanlah cara yang tepat untuk bereksperimen.
Setiap tindakan anak biasanya didorong oleh sebuah alasan. Mungkin mereka merasa frustasi, kelelahan, cemburu, atau tidak tahu bagaimana cara mengungkapkan perasaan mereka. Dengan mencari tahu apa yang sebenarnya memicu perilaku memukul, kita bisa memberikan solusi yang lebih tepat dan membantu mereka menemukan cara yang lebih sehat untuk mengatasi masalahnya.
Meskipun kita mungkin merasa frustasi ketika anak memukul, sangat penting untuk tidak membalas mereka dengan memukul atau kekerasan. Anak-anak belajar dari apa yang mereka lihat.
Jika kita merespons dengan kekerasan, mereka akan berpikir bahwa memukul adalah cara yang tepat untuk menyelesaikan masalah. Sebaliknya, tunjukkan respon yang tenang dan tegas, sambil menjelaskan bahwa perilaku memukul tidak dapat diterima.
Ketika anak memukul, berikan konsekuensi yang jelas dan konsisten, seperti waktu istirahat (time-out) atau mengambil sementara mainan yang mereka sukai. Pastikan untuk tetap konsisten dalam memberikan konsekuensi setiap kali perilaku ini terjadi. Dengan konsistensi, anak akan belajar bahwa memukul bukanlah tindakan yang dapat diterima dan selalu ada akibat dari setiap tindakan mereka.
Dengan mengikuti langkah-langkah di atas, orangtua dapat membantu anak belajar mengelola emosinya dengan cara yang sehat dan menghindari perilaku memukul di masa depan. Ingat, proses ini membutuhkan waktu dan kesabaran, tetapi perubahan positif akan terjadi jika dilakukan dengan konsisten dan penuh kasih.
(Kemas Irawan Nurrachman)