“Kami berharap pemerintah dapat hadir lebih kuat, terutama dalam membantu pembinaan generasi muda, menyediakan ruang latihan, memfasilitasi festival, hingga mendukung ketika komunitas diundang tampil pada acara tingkat regional maupun internasional,” tambah Merry.
Sementara itu, Pelestari Kebaya dan Founder Blink Model, Christiana Jaya, menyoroti dimensi budaya dan sosial dari pelestarian kebaya. Menurutnya, kebaya bukan sekadar busana tradisional, tetapi representasi nilai, keanggunan, dan sejarah perempuan Indonesia. Ia memandang penyerahan sertifikat ini sebagai pengakuan terhadap kerja sunyi para perajin, komunitas pecinta kebaya, dan para aktivis budaya yang mempopulerkan kebaya di ruang publik.
“Pengakuan UNESCO menjadi penegasan, bahwa kain dan busana turut melengkapi identitas, kreativitas perempuan, dan jalinan sejarah Asia Tenggara.” tuturnya.
Penyerahan sertifikat hari ini menjadi momentum untuk memperkuat komitmen kolektif: negara, komunitas, dan pemangku kepentingan bekerja sejalan dalam menjaga keberlanjutan warisan budaya. Dengan pengakuan UNESCO sebagai landasan, Reog Ponorogo, Kolintang, dan Kebaya diharapkan tidak hanya lestari, tetapi berkembang sebagai kekuatan kebudayaan Indonesia di tingkat regional maupun global.
Adapun Kementerian Kebudayaan menyerahkan sertifikat asli tersebut kepada Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), sementara salinannya diberikan oleh Menteri Kebudayaan kepada pemerintah dan komunitas
(Kurniasih Miftakhul Jannah)