JAKARTA - Bagi banyak ibu bekerja (working mom), meninggalkan anak di rumah bersama figur pengasuh, baik itu asisten rumah tangga (ART) maupun nenek, adalah sebuah bentuk kepercayaan. Namun, situasi ini sering kali memunculkan dilema emosional ketika ibu pulang dan mendapati buah hatinya justru menunjukkan kedekatan yang lebih intens dengan sang pengasuh. Tentunya fenomena ini memicu rasa cemburu.
Menurut pakar psikologi, cemburu adalah perasaan yang sangat wajar. Rasa cemburu ini sebenarnya berakar pada konsep penting dalam perkembangan anak yang disebut kelekatan emosional (attachment).
Menurut Dr. Eko Handayani, S.Psi., M.Psi., attachment terbentuk berdasarkan siapa yang paling konsisten dan responsif hadir saat anak membutuhkan.
"Anak kecil secara alami akan membentuk kedekatan emosional dengan figur yang paling sering dan responsif menanggapi kebutuhannya. Jika pengasuh yang menjalankan peran ini sepanjang hari, wajar jika anak membangun kedekatan dengannya," jelas Dr. Eko, Jumat (24/10/2025).
Pengasuh Bukan Saingan, Tapi Partner
Dr. Eko menekankan bahwa meskipun rasa cemburu adalah reaksi emosional yang valid, ibu bekerja harus menghindari memosisikan pengasuh sebagai saingan.
"Kecemburuan adalah perasaan yang wajar, tetapi jangan sampai hal itu menjadikan pengasuh sebagai musuh. Pengasuh hadir untuk membantu, jadi ia harus dipandang sebagai partner yang mendukung perkembangan anak," ujarnya.
Fenomena pergeseran figur attachment pada working mom adalah hal yang sering terjadi. Normalnya, figur utama attachment adalah ibu, namun dapat bergeser ke pengasuh, ayah, atau nenek, siapa pun yang paling membuat anak merasa nyaman dan aman.
Secure Attachment dan Konsistensi Ibu
Menurut Dr. Eko, kedekatan anak dengan figur pengasuh sebenarnya adalah hal yang sehat, asalkan hubungan tersebut terjalin dengan baik, yang akan menghasilkan secure attachment.
"Jika hubungan dengan figur attachment, siapa pun orangnya terjalin baik, anak akan tumbuh dengan rasa aman, percaya diri, dan mampu bersosialisasi dengan baik," kata Dr. Eko.
Namun, masalah serius muncul jika figur attachment tersebut bersifat sementara atau tidak konsisten. Misalnya, jika pengasuh hanya bekerja dalam periode singkat lalu tiba-tiba pergi. Anak yang sudah terlanjur menaruh kepercayaan dan kedekatan akan merasakan kehilangan yang dapat memicu kecemasan.
Oleh karena itu, meskipun dibantu pengasuh, peran ibu sebagai figur utama yang konsisten tetap esensial. Ibu bekerja perlu memastikan bahwa kualitas interaksi mereka saat di rumah, sekalipun dalam waktu terbatas tetap mampu menumbuhkan rasa aman dan kehadiran yang stabil bagi anak, sehingga anak tidak kehilangan jangkar emosional utamanya.
(Rani Hardjanti)