Terkadang orangtua melakukan tindakan terhadap anak tanpa permisi atau tanpa memberikan penjelasan kepada anak mengapa mereka melakukannya. Contohnya, saat orangtua menggantikan popok anak yang basah atau saat hendak memasukkan anak ke jenis sekolah tertentu.
Padahal, seperti kita ingin dihargai, begitu pula dengan anak. Orangtua dapat mengatakan “Adek, mama mau ganti popok adek dulu ya. Popok adek basah”, sebelum mulai mengganti popoknya. Untuk anak yang lebih besar, sejumlah pengambilan keputusan terkait anak dapat dilakukan melalui diskusi dengan anak. Orangtua juga perlu menghargai ketidaksetujuan anak terhadap suatu hal dan mencari solusi yang dapat memuaskan kedua belah pihak.
Adakalanya orangtua merasa begitu lelah, sementara anak terus menuntut orangtua untuk bisa bermain dengannya. Apabila terjadi hal seperti itu, orangtua perlu jujur kepada anak tentang apa yang dirasakannya. Daripada mengikuti keinginan anak untuk bermain dengan wajah kesal, lebih baik mengatakan “Kak, ibu masih capek karena baru pulang kerja. Ibu istirahat dan mandi dulu ya. Nanti pukul 5 kita baru main”.
Saat orangtua merasa terganggu dengan perilaku anak, orangtua hendaknya juga dapat menyampaikan apa yang dirasakan dengan menggunakan teknik “Pesan-Saya” (I-message). Dalam teknik ini, orangtua perlu menyampaikan apa yang memunculkan perasaannya, penyebabnya, dan akibatnya. Sebagai contoh, ketika seorang anak remaja terlambat pulang dari sekolah, orangtua dapat mengatakan “Kak, ayah merasa khawatir karena sampai pukul delapan malam kamu belum pulang dan tidak memberi kabar. Ayah jadi tidak konsentrasi saat mengikuti meeting online tadi karena memikirkanmu”.
Bagaimana anak bisa mengembangkan berbagai perilaku baik, seperti perilaku berbagi, menghargai orang lain, dan bersikap sopan, salah satunya diperoleh lewat meniru tingkah laku orang lain, termasuk orangtua. Oleh karena itu, penting bagi orangtua untuk selalu memberikan teladan kepada anak sejak anak berusia dini karena anak adalah peniru yang ulung. Perilaku model yang mendapat pujian juga akan menguatkan anak untuk meniru perilaku tersebut. Sebagai contoh, perilaku kakak yang membantu ibu membawa piring kotor ke tempat cucian dan mendapat pujian akan mendorong anak untuk melakukan hal serupa.