Seluruh jamu dibuat dengan bahan premium dan manis alami dari gula batu dan gula aren, bukan gula pasir atau perisa buatan. Selain itu, seluruh jamu produksi Djamoenesia ini dikemas secara modern sehingga kualitasnya lebih terjaga dan lebih tampil menarik.
“Memang harga jamu kami sedikit lebih tinggi, mulai dari Rp10 ribu hingga Rp35 ribu, tapi kami menjaga kualitas dan ingin mengajak masyarakat kembali mengonsumsi jamu asli,” kata Syifa.
Senada dengan Riyono, dalam festival ini produk Djamoenesia pun ikut laris manis. Terutama dari pengunjung pameran yang berasal dari kota-kota lain yang ingin mengkonsumsi jamu tradisional Desa Karangrejo.
Syifa mengatakan, untuk jamu cair bisa bertahan 6 hari jika disimpan di kulkas, dan hingga 6 bulan di freezer. Sementara jamu padat bisa tahan hingga setahun.
Festival ini merupakan bagian dari program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) Desa Energi Berdikari yang diinisiasi PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN). Desa Karangrejo yang menjadi desa binaan, kini menikmati geliat ekonomi berkat hadirnya program ini, yang juga didukung lewat berbagai kegiatan tahunan.
(Qur'anul Hidayat)