Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Kenali 2 Faktor Utama yang Bisa Sebabkan Anak Speech Delay

Martin Bagya Kertiyasa , Jurnalis-Kamis, 17 Oktober 2024 |15:31 WIB
Kenali 2 Faktor Utama yang Bisa Sebabkan Anak Speech Delay
2 Penyebab Anak Speech Delay. (Foto: Freepik)
A
A
A

TIDAK ada orang tua yang ingin anaknya terhambat pertumbuhannya. Hanya saja, ada beberapa masa di mana anak-anak terkadang mengalami keterlambatan, salah satunya adalah speech delay alias keterlambatan bicara.

Manajer Unit Koordinasi Tumbuh Kembang dan Sosial Anak Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Dr. Fitri Hartanto, Sp.A(K) mengungkapkan, ada dua faktor yang menyebabkan keterlambatan bicara mengganggu tumbuh kembang anak.

“Keterlambatan bicara pada dua anak diketahui dari dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal,” kata Fitri seperti dilansir dari Antara.

Fitri menjelaskan, faktor internal menyebabkan jenis keterlambatan bicara yang disebabkan oleh gangguan viseral, gangguan saraf, gangguan perilaku, gangguan kognitif, termasuk keterlambatan perkembangan (retarded maturation).

Sedangkan faktor eksternal menyebabkan keterlambatan bicara primer, dimana keterlambatan terjadi pada aspek kebahasaan tertentu. Secara umum, faktor eksternal disebabkan oleh kurangnya rangsangan dan pembelajaran yang tidak tepat sehingga menyebabkan lambatnya bicara pada anak.

Menurutnya, kurangnya stimulasi disebabkan oleh model orang tua yang permisif, seperti mengikuti keinginan anak tanpa menggunakan bahasa lisan melainkan hanya melalui gerak tubuh. Keadaan ini diperparah dengan pola asuh yang terlalu protektif, dimana anak mempunyai kemauan untuk tidak menangis.

 

"Kalau sekedar angkat tangan atau tunjuk, keinginannya akan terkabul dengan harapan anak tidak menangis, sehingga tidak memberinya kesempatan belajar dengan baik. Ini harus diperbaiki melalui bahasa tutur," ujarnya.

Fitri menambahkan, buruknya pembelajaran seringkali terjadi karena anak dipaksa menjadi bilingual atau belajar banyak bahasa sejak dini, dibandingkan fokus belajar satu bahasa saja untuk berkomunikasi.

Anak kemudian diharuskan belajar bahasa secara mandiri tanpa bantuan orang tuanya, sehingga berisiko membuat kesalahan kosa kata atau penerjemahan bahasa. Dia percaya bahwa anak-anak perlu dirangsang untuk berbicara pada tahap pengenalan, pemahaman, dan pengucapan.

“Setelah melalui tahap perkenalan, tidak bisa langsung menyuruh anak berbicara tanpa memahami apa yang dibicarakan,” ujarnya.

(Martin Bagya Kertiyasa)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita women lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement