Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Selain Perundungan, Mahasiswi Undip Harus Jalani PPDS Anestesi 18 Jam per Hari

Muhamad Fadli Ramadan , Jurnalis-Kamis, 15 Agustus 2024 |13:00 WIB
Selain Perundungan, Mahasiswi Undip Harus Jalani PPDS Anestesi 18 Jam per Hari
Perundungan dokter spesialis. (Foto: Freepik.com)
A
A
A

MEDIA sosial dihebohkan dengan kasus kematian mahasiswi Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Anestesi Universitas Diponegoro (Undip) Semarang. Mahasiswi tersebut diduga bunuh diri akibat perundungan. Selain itu, ada fakta lain yang terkuak mengenai PPDS yang sedang dijalaninya.

Akun X (Twitter) @bambangsuling11 membagikan sebuah curhatan yang diduga mahasiswi Undip. Isinya menyebutkan bahwa mahasiswa PPDS anestesi harus menjalani program tersebut selama 18 jam per hari.

"Beban kerja PPDS Anestsi di RS Kariadi terlalu berat. Jam kerja 'normal' tanpa giliran jaga adalah 18 jam per hari. Masuk jam enam pagi, pulang jam 12 malam. Kalau bisa pulang jam 11 malam artinya pulang cepat," tulis keterangan dalam unggahan di akun tersebut.

Bahkan, dalam keterangan tersebut tak jarang mahasiswi PPDS Anestsi harus pulang pada pukul 02.00 WIB atau 03.00 WIB. Sedangkan pada pukul 06.00 WIB sudah harus kembali berada di rumah sakit. Siklus ini terjadi selama lima tahun sepanjang menjalani PPDS Anestesi.

Disebutkan juga mahasiswi PPDS Anestesi yang mendapat giliran jaga 24 jam dan prolonged, bisa lima sampai enam hari tidak bisa pulang dari RS. Dikatakan juga beban kerja mereka terlalu berat karena dibebankan sepenuhnya kepada mereka yang merupakan dokter muda.

Dokter spesialis

"Jumlah operasi di RS Kariadi sangat tinggi, bisa 120 pasien per hari. Sedangkan, semua beban kerja bius pasien dilakukan PPDS. Lamanya jam kerja yang terus menerus ini tidak pernah dianggap tidak wajar selama ini. bahkan dianggap sebagai keunggulan Undip dibandingkan universitas lainnya," katanya.

Beban kerja yang berat dan waktu jam kerja membuat dokter muda tersebut meminta untuk mengevaluasi hal tersebut. Menurutnya, hal ini juga bisa membahayakan keselamatan pasien yang akan dibius.

"Mohon izin memberi masukan dan memohon arahan Bapak agar bisa dilakukan: 1. Audit menyeluruh untuk mencegah terjadinya korban PPDS lainnya. 2. Menambah jumlah dokter anestesi dan memastikan mereka benar-benar turun tangan menangani pasien, agar beban kerja bius pasien tidak hanya ditanggung PPDS dan menjaga keselamatan pasien juga," tuturnya.

Melihat curhatan tersebut, netizen dibuat terkejut karena jam kerja yang sudah tidak normal. Netizen mengatakan hal tersebut bisa mengganggu kejiwaan seorang dokter muda apabila tak bisa mengatur mentalnya dengan baik.

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita women lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement