Adanya meriam tersebut seolah membuat kehidupan baru baru di sana.
Setelah berbuka puasa, biasanya keluarga di Libya akan berduyun-duyun datang ke kota tua dan Martyrs’ Square, membeli permen untuk anak-anak mereka. Di sana juga terdapat bangku dan yang bisa dijadikan tempat berswafoto dengan hiasan Ramadhan, atau hanya untuk sekedar minum kopi.
Pemerintah juga telah menghiasi alun-alun utama dan gang-gang dengan bendera lentera tradisional, dan bentuk bulan sabit selama dua tahun berturut-turut.

Rasha Ben Ghara, salah seorang yang tumbuh besar di lingkungan tersebut mengatakan bahwa dulunya orang-orang harus menggunakan senter ponsel mereka untuk melewati gang-gang kota tua yang tidak beraspal.
“Dulu orang datang untuk berbelanja di souk, tapi hari ini mereka datang untuk mengagumi pemandangan dan warisannya,” kata pegawai negeri berusia 35 tahun itu.
(Salman Mardira)