ISU sustainable fashion terus digemakan banyak pihak di industri fashion. Produk fashion berkelanjutan dinilai lebih menyehatkan Bumi, termasuk juga mensejahterakan para pengrajin di balik lahirnya karya fashion.
Para pemain di industri fashion lokal pun sudah mulai melek akan sustainable fashion. Hal ini sejalan dengan semakin maraknya gerakan cinta lingkungan di masyarakat. Tapi, tahukah Anda bahwa sustainable fashion bukan sekadar bikin baju ramah lingkungan?
Dijelaskan Diki Zulkarnain, CEO Indonesia Modest Fashion, sustainable fashion itu hadir di tengah masyarakat untuk melindungi lingkungan. Lebih detailnya, ada lima fokus yang dicapai dari strategi industri fashion berkelanjutan.

"Pertama adalah 'water' atau membahas bagaimana mengelola sumber daya air dengan bijak. Lalu, 'energy' yang mana ini terkait bagaimana menghasilkan energi terbarukan untuk masa depan yang berkelanjutan," terang Diki dalam keterangan resminya, Senin (7/11/2022).
Kemudian yang ketiga, lanjutnya, adalah 'effluent and emission' yang mana ini tentang upaya agar para pelaku industri fashion dapat bekerja untuk dunia yang lebih bersih. Dilanjutkan 'social' terkait menciptakan tempat kerja yang aman dan berkelanjutan.
"Dan yang tidak kalah penting adalah 'living sustainably' yaitu bagaimana kami bersama dengan banyak pihak melindungi Bumi ini," tambah Diki.
Industri fashion merupakan salah satu penyumbang kerusakan Bumi. Karena itu, sambungnya, Youth Modest Fashion Summit hadir sebagai upaya membangun kepentingan yang sama untuk suatu kemajuan dan perubahan.
"Sudah saatnya menempatkan generasi muda sebagai agen sekaligus pemimpin perubahan di masa depan, khususnya dalam industri modest fashion," ungkapnya bersemangat.
Di event Youth Modest Fashion Summit 2022 sendiri banyak melibatkan anak muda di dalamnya, termasuk pesertanya yang kebanyakan adalah mereka yang sedang menempuh pendidikan di fashion school wilayah Jakarta, Bandung, dan Tangerang. Tak hanya akademisi, pelaku industri fashion Indonesia bahkan Malaysia pun hadir.
"Lewat acara seperti ini, diharapkan anak muda dan pelaku industri fashion secara umum dapat memahami pentingnya implementasi ekonomi sirkular sektor tekstil, contohnya mengelola produk reject atau sisa kain menjadi produk fashion lainnya yang bernilai jual, sehingga tidak ada tekstil terbuang," ungkap Viviyanti Yuniastuti selaku Koordinator Fungsi Perencanaan dan Pengawasan Pusat Pemberdayaan Industri Halal Kementerian Perindustrian.
(Helmi Ade Saputra)