MASIH teringat jelas dalam benak Fitria Sri Handayani, Komandan Regu Manggala Agni Ketapang, detik-detik memadamkan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di daerah penangkaran orang utan di Kabupaten Ketapang, Kalimamtan Barat pada 2019 silam.
Sebagai pemimpin regu, ia dilema harus mengerahkan pasukan untuk memadamkan si jago merah di daerah sana. Pasalnya, penghuni daerah itu bukan hanya dihuni oleh primata semata, melainkan juga hewan predator seperti buaya.
"Saya masih ingat, saya dilema lah. Mau tidak padamkan apinya sudah masuk ke wilayah rehabilitasi orang utan. Mau kita padamkan tetapi keselamatan anggota juga terancam karena lokasi itu ada buaya," kata Fitria saat dihubungi melalui sambungan telepon, Selasa (7/3/2023) lalu.
BACA JUGA:
Tak ingin mengambil resiko, Fitria akhirnya mengambil keputusan yang paling aman untuk anak buahnya. Hal itu ditujukan untuk meminimalisir resiko yang timbul dari serangan buaya.
BACA JUGA:
"Jadi waktu pemadaman itu, saya tidak berani satu titik (api) dipadamkan satu anggota. Jadi satu titik tiga orang waktu itu. Alhamdulillah sampai pemadaman selesai, tidak ada buaya sih," tuturnya.
Sebagai bagian dari Manggala Agni, Fitria rela berkorban hidupnya untuk mengabdi kepada negara. Pada 2019 silam, ia pernah merelakan waktu untuk keluarganya guna merayakan hari raya.
Saat itu, kata Fitria, karhutla tengah melanda di Kabupaten Ketapang. Hatinya merasa berat bila tetap bekerja di saat momen hari raya. Namun, perasaan itu ia buang jauh-jauh. Ia memutuskan untuk tetap memadamkan api yang melahap lahan gambut.
"Karena kebakaran itu di dekat kantor desa. Jadi mau tidak mau, meskipun sudah malam kami tetap melakukan pemadaman. Bagi Manggala Agni sudah tak heran lagi, malam takbiran, bahkan besok pagi kami ke lapangan setelah salat ied," ucapnya.
Wanita yang akrab disapa Ria, ini terbilang totalitas dalam menekuni profesinya. Sejak bergabung ke Manggala Agni Kabupaten Ketapang pada 2008, tak butuh waktu lama baginya untuk dipercaya menjadi komandan regu.
Pasca 10 tahun mengabdi, Ria langsung diangkat menjadi Komandan Regu Manggala Agni Kabupaten Ketapang. Selama 15 tahun mengabdi, ia telah mencicipi asam-garam bekerja yang bersinggungan dengan karhutla.
Kepada MPI, ia mengaku pilihan untuk tetap mengabdi di Manggala Agni hanya untuk hidupnya bisa berguna dan bermanfaat, baik bagi masyarakat maupun lingkungan.
"Iya awalnya seperti itu, ingin lebih berguna, lebih bermanfaat untuk lingkungan, untuk masyarakat," tutur Ria.
Ria merasa senang dan bahagia dalam menekuni profesinya sebagai penjaga hutan dari ancaman karhutla. Meski profesinya tak ladzim digeluti oleh perempuan, ia tetap ingin terus bekerja di Manggala Agni.
"Alasan saya bertahan, pertama memang saya sudah lama di Manggala Agni, sudah 15 tahun. Jadi jiwa dan larakter saya memang terbentuk di sini. Nah kami selalu berupaya semaksimal mungkin agar langit Indonesia tetap biru dan bebas asap," ucap Ria.
"Jadi memang lebih ingin berguna dan bermanfaat saja saya bertahan untuk masyarakat dan alam. Kayaknya kalau tak ada kebakaran itu jadi sneang kami, warga bisa hirup udara bebas asap," tambahnya.
Untuk menyiasati rasa rakut, Ria merasa perlu dilawan. Baginya, rasa takut bisa diatasi dengan cara dihadapi. "Menurut saya untuk melawan rasa takut harus dijalani. Setelah dijalani, kita rasakan, ternyata tidak menakutkan yang awalnya oh memadamkan api begini. Jadi kalau menurut saya, melawan rasa takit dengan dijalani," ucapnya.
Atas dasar itu, Ria berharap, seluruh kaum hawa dapat berani untuk unjuk gigi dalam bidang apapun. Baginya, derajat perempuan sama halnya dengan laki-laki.
BACA JUGA:
"Yang membedakan itu adalah kemauan dan kerja keras, selagi kita mau, saya yakin kita pasti bisa. Ada istilah lancar kaji karena diulang, jadi memang suatu iti harus dijalani. Apa yang sering kita jalani, akan menambah pengalaman kita," tutur Ria.
"Mungkin awalnya kita pemula, tetapi karena sering dijalani seiring waktu apabila kita konsisten dengan apa yang kita jalankan terus kita mau membuka diri dengan setiap perkembangan, saya yakin suatu saat kita bisa menjadi ahli di bidang tersebut," tandasnya.
(Vivin Lizetha)