 
                Selain itu, anak jadi lupa waktu makan, dan jam atau pola tidurnya pun jadi berantakan. Pola makan dan tidur yang berantakan berpengaruh pada kondisi fisik, dan ketenteraman emosi. Paparan layar yang berlebihan dapat memengaruhi struktur dan fungsi otak, termasuk area yang berkaitan dengan daya pikir, dan kontrol emosi.
Anak jadi kurang beraktivitas fisik dan interaksi sosial langsung. Padahal, aktivitas fisik penting untuk pelepasan endorfin yang meningkatkan mood, serta mengurangi stres. Interaksi sosial langsung juga krusial untuk mengembangkan keterampilan komunikasi, empati, dan regulasi emosi.
Cahaya biru pada layar mengganggu produksi melatonin, hormon tidur, yang menyebabkan gangguan pada ritme sirkadian tubuh. Tidur yang tidak berkualitas berdampak langsung pada regulasi emosi, konsentrasi, dan kemampuan anak mengatasi stres.
Mengingat dampak-dampak tersebut, penting bagi orang tua untuk membatasi screen time anak sesuai rekomendasi usia (misalnya, WHO merekomendasikan anak usia 2–4 tahun tidak lebih dari 1 jam sehari, dan anak usia 5–17 tahun tidak lebih dari 2 jam sehari), serta mendampingi dan memilih konten yang edukatif dan sesuai usia.
Mendorong aktivitas fisik dan interaksi sosial di dunia nyata juga sangat penting untuk kesehatan mental dan perkembangan anak secara menyeluruh. Peran sekolah dan orang tua menjadi kunci selain di aspek pendampingan, juga edukasi dan mengajak mereka rutin beraktivitas fisik atau olahraga.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)