PERCERAIAN orangtua akan sangat berdampak pada kesehatan mental dan perkembangan anak. Oleh karena itu, jangan ragu melibatkan Psikolog selama proses merawat anak, terutama jika orangtuanya bercerai.
Berdasarkan penelitian dari Official Journal of The World Psychiatry Association mengenai Perceraian atau Perpisahan Orangtua dan Kesehatan Mental Anak yang dilakukan oleh Brian D’Onofrio dan Robert Emery pada tahun 2019, perpisahan orangtua dapat memberikan dampak negatif bagi anak, salah satunya pemicu masalah kesehatan mental pada anak karena anak akan merasa sedih kecewa dan tertekan.
Selain itu, perceraian dapat membuat prestasi anak menurun drastis, anak menjadi nakal dan mengalami ketidakstabilan hidup lainnya. Oleh karena itu, selama proses merawat atau menangani anak yang orangtuanya bercerai harus dilakukan dengan tenang.

Konselor Pernikahan Shofiy Yusro, S.Psi mengungkapkan terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan selama proses merawat anak yang orangtuanya bercerai. Berikut rinciannya:
Ketika anak mengetahui orangtuanya bercerai mereka akan merasa sedih, kecewa dan lainnya. Ketika mereka sedang mengekspresikan perasaan tersebut, jangan menyuruhnya untuk "kuat" tetapi biarkan mereka menangis, kecewa, marah dan mengekspresikan perasaaan mereka agar anak merasa perasaannya dihargai bukan diabaikan.
Bentuk validasi perasaan anak dapat kamu lakukan dengan mengucapkan kalimat empati, seperti "Kamu boleh sedih, ini memang bukan hal yang mudah." atau "Mama/Papa paham kamu merasa bigung dan sakit."
Ketika memberikan penjelasan mengenai perceraian kepada anak jangan berbohong dan jangan menjelekkan mantan pasangan sebaiknya jelaskan dengan bahasa yang netral dan sederhana, seperti "Mama dan Papa tidak bisa tinggal bersama lagi, tapi kami tetap sayang sama kamu."
Hal ini perlu dilakukan agar anak tidak merasa ditinggalkan atau disalahkan.
Usahakan tetap ada rutinitas tidur, makan dan sekolah anak yang stabil karena anak butuh keyakinan untuk merasa aman. Selain itu, hindari anak jadi korban perebutan atau "ditarik ke pihak mana" agar anak tidak merasa dunia runtuh total dan dia tahu hidup tetap berjalan.

Tak kalah penting, jangan lupa selalu sediakan waktu untuk berbicara dari hati ke hati dengan anak agar mereka tidak memendam emosi dan tumbuh dengan komunikasi sehat.
Dalam sesi ngobrol dari hati ke hati ini orangtua dapat menanyakan beberapa hal, seperti "Apa yang kamu rasakan hari ini?" dan "Apa ada hal yang ingin kamu ceritakan ke Mama/Papa?"
Perceraian ini dapat berpengaruh pada kondisi kesehatan mental anak. Oleh karena itu, ketika anak sudah menunjukkan tanda-tanda seperti menarik diri dari lingkungan, sering tantrum atau agresif dan prestasi sekolah menurun drastis maka perlu bantuan dari profesional, Psikolog agar anak mendapat pendampingan yang lebih tepat secara klinis.
Ketika sudah resmi bercerai dengan pasangan jangan tanya hal-hal pribadi tentang mantan pasangan lewat anak, jangan curhat masalah perceraian ke anak dan lindungi anak dari konflik lanjutan agar anak tidak merasa terbebani masalah yang bukan tanggung jawabnya
Beberapa anak yang orangtuanya bercerai akan merasa takut tidak mendapatkan kasih sayang yang utuh dari kedua orangtuanya. Oleh karena itu, tunjukkan bahwa keluarga tetap bisa bahagia meski bentuknya berubah dengan ajak anak jalan-jalan, main bersama, ngobrol ringan dan lainnya untuk menciptakan momen baru bersama dan anak menjadi tahu bahwa hidupnya tetap bisa indah dan penuh cinta.
Demikian tujuh hal yang dapat dilakukan selama merawat atau menangani anak yang orangtuanya bercerai.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)