Konten Mukbang Berujung Kematian
Perkembangan konten mukbang yang semakin tidak terkendali, membuat konten kreator melakukan eksplorasi. Alhasil, konsep mukbang menjadi sangat ekstrem dan berujung kematian.
Seperti Kreator konten asal China, Pan Xiaoting, yang harus meregang nyawa saat melakukan live streaming mukbang makanan dalam porsi sangat banyak. Seperti dikutip China News, gadis 24 tahun itu melakukan tantangan makan ekstrem yakni makan tanpa henti selama lebih dari 10 jam setiap harinya.
Dalam setiap kali makan, dia berusaha mengonsumsi lebih dari 10 kilogram makanan. Usai melakukan aksinya, Pan Xiaoting sempat dirawat di rumah sakit karena pendarahan lambung yang disebabkan oleh makan berlebihan, sebelum akhirnya meninggal dunia.
Konten kreator lainnya yang meninggal dunia akibat mukbang yakni Food vlogger asal China bernama Wang. Ia meninggal pada pada 2020 usai menyantap semangkuk daging dan mengalami pusing hingga mati rasa. Diketahui, pria berusia 30 tahun itu ia kerap memakan daging babi dengan porsi besar dan bisa menghabiskannya dalam waktu 2-3 menit.
Terbaru adalah konten kreator yang meninggal dunia akibat mukbang yakni food vlogger asal Filipina bernama Dongz Apatan. Ia meninggal dunia sehari setelah melakukan konten mukbang ayam goreng dan nasi.
Menurut laporan Straits Times, Dongz mengalami stroke hemoragik atau pecahnya pembuluh darah di otak setelah mukbang. Akibatnya, pria tersebut meninggal dunia akibat serangan jantung.
Berkaca dari hal ini, konten kreator mukbang memang harus bersikap bijak dan mengetahui apa risiko jika membuat konten video.
Bahaya membuat konten mukbang
Di balik ketenarannya, konten kreator mukbang ternyata memiliki sejumlah faktor risiko. Seperti dinukil BistroMD, berikut sejumlah bahaya yang mengintai:
1. Mempopulerkan cara makan yang buruk
Meskipun konten kreator mukbang itu memiliki perilaku makan yang normal, sebagian lagi makan dengan cara yang buruk. Misalnya dalam mengunyah, cara makan yang menjijikan, ekstrem, rakus, berantakan, hingga menyeruput. Beberapa cara makan itu menyimpang dari tata krama di meja makan.
2. Ada motif tersembunyi
Beberapa konten kreator membuat konten mukbang untuk mempromosikan makanan. Mereka mempromosikan dengan sangat baik sehingga penonton merasa tergiur untuk membeli. Padahal bisa jadi, makanan yang direkomendasikan itu rendah gizi yang bisa menyebabkan berbagai masalah kesehatan bisa dikonsumsi secara rutin.
3. Bikin kecanduan
Baik yang membuat konten maupun yang menonton, mereka berisiko melakukan interaksi yang tidak terkendali sehingga menjadi kecanduan. Meskipun awalnya menghibur, konten ini berisiko memperburuk kesehatan mental. Kondisi ini bisa terjadi pada penonton yang masih di usia muda.