Terkait statement dari warga yang menyatakan MEP turun dari puncak Merapi, Wahyudi menyebut bahwa berdasar hasil survei habitat makaka adalah di kawasan hutan Merapi, bukan di puncak Merapi. Dan untuk lokus perjumpaan yang dilaporkan sudah jauh dari kawasan TNGM.
Menurut dia, monyet ekor panjang yang terlihat di kawasan Rejodani Pakem Sleman tersebut hanyalah monyet yang terusir dari koloni (kelompoknya). Di mana monyet yang terusir dari koloni tersebut sering berulah di permukiman.
"Kawanan Monyet Ekor Panjang (MEP) itu jumlahnya ratusan ekor. Kalau hanya tiga ekor itu bukan kawanan, tapi monyet yang terusir dari habitatnya. Dan itu biasanya yang sering berbuat ulah," ujarnya.

(Foto: Instagram/@lu.etswan)
Wahyudi menambahkan TNGM tidak diperoleh info apa pun terkait adanya Kelompok MEP di sekitar wilayah Kaliurang yang turun ke bawah. Info dari salah satu TPHL yang berdomisili Ngepring Purwobinangun, MEP sudah biasa ditemukan di timur kali boyong.
MEP tersebut kemudian turun sampai di lokasi penambangan pasir dan sampai di BOD 6 atau akses sebelum lapangan Tritis ada akses jalur tambang. Lokasi yang beredar luas di media sosial tersebut jaraknya cukup jauh.
"Rejodani Pakem yang dikabarkan dijumpai MEP itu jaraknya 10 km dari puncak (Gunung Merapi)," tutur dia.
Di samping itu, lanjutnya, dalam unggahan yang beredar menyebutkan jumlah 3 ekor ini juga kurang menyakinkan kalau dikatakan kelompok alami MEP. MEP kalau berkelompok itu tidak hanya 3 ekor dan pasti puluhan. Berarti ini 'pencilan' yang terusir dari kelompoknya.
(Rizka Diputra)