SERANGAN udara Israel menewaskan empat pekerja bantuan internasional dari badan amal World Central Kitchen dan sopir Palestina pada Senin 1 April 2024, malam. Mereka tewas beberapa jam setelah membawa kiriman makanan ke Gaza utara yang berada di ambang bencana kelaparan akibat serangan Israel.
Melansir dari The Associated Press pada Selasa (2/4/2024), terdapat lima jenazah di Rumah Sakit Martir Al-Aqsa di kota Deir Al-Balah, Gaza tengah. Beberapa dari mereka mengenakan alat pelindung diri dengan logo badan amal tersebut.
Staf juga menunjukkan paspor tiga orang yang tewas bahwa mereka berasal dari kewarganegaraan Inggris, Australia dan Polandia. Namun, kewarganegaraan pekerja bantuan keempat belum diketahui.
Mahmoud Thabet, seorang paramedis Bulan Sabit Merah Palestina yang berada di tim pembawa jenazah ke rumah sakit mengatakan bahwa para pekerja berada dalam konvoi tiga mobil yang sedang menyeberang dari Gaza utara ketika sebuah rudal Israel menghantam.
Staf WCK menginformasikan kepada Thabet bahwa tim tersebut berada di utara untuk mengoordinasikan distribusi bantuan yang baru tiba dan sedang menuju kembali ke Rafah di Selatan. Tiga kapal bantuan dari Siprus yang tiba Senin pagi membawa sekitar 400 ton makanan dan perbekalan yang diorganisir oleh badan amal tersebut dan Uni Emirat Arab.
Namun, Israel telah melarang UNRWA, badan utama PBB di Gaza untuk melakukan pengiriman ke wilayah utara. Kelompok bantuan lainnya juga mengatakan pengiriman konvoi truk ke wilayah utara terlalu berbahaya karena kegagalan militer yang menjamin perjalanan aman.
Dalam laporan terbaru UNRWA mengatakan bahwa 173 rekannya telah terbunuh di Gaza dalam serangan tersebut. Namun, angka tersebut belum termasuk pekerja untuk organisasi bantuan lainnya. Selanjutnya, Anggota dewan World Central Kitchen Robert Egger dan media melaporkan bahwa warga Australia yang tewas dalam serangan Senin malam adalah Zomi Frankcom yang berusia 44 tahun dari Melbourne.
Serangan itu terjadi beberapa jam setelah pasukan Israel mengakhiri serangannya selama dua minggu di Rumah Sakit Al-Shifa, rumah sakit terbesar di Gaza. Sebagian besar fasilitas tersebut hancur dan banyak kerusakan di lingkungan sekitarnya.
Israel mengatakan pihaknya melancarkan serangan terhadap Shifa karena anggota senior Hamas telah berkumpul kembali di sana dan merencanakan serangan. Militer Israel mengklaim pasukannya membunuh 200 militan dalam operasi tersebut.
Meskipun klaim tersebut tidak dapat dikonfirmasi, namun warga Palestina yang datang ke lokasi tersebut setelah pasukan mundur menemukan mayat warga sipil. Di antara korban tewas lainnya adalah Ahmed Maqadma dan ibunya, keduanya merupakan dokter Palestina-Inggris yang menjadi sukarelawan di Al-Shifa dan rumah sakit lain selama bulan pertama perang.