PADA pertemuan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang berlangsung Rabu 29 Mei 2024, lebih dari 30 negara mengutuk serangan Israel terhadap rumah sakit di Gaza. Mereka menuntut pengawasan lebih lanjut terhadap perannya dalam krisis kesehatan di wilayah tersebut.
Tidak hanya itu, beberapa negara juga menyalahkan Israel atas meningkatnya risiko kelaparan di Gaza. Melansir dari Asharq Al-Awsat pada Kamis (30/5/2024), WHO telah mencatat ratusan serangan terhadap fasilitas kesehatan di wilayah pendudukan Palestina, termasuk Gaza sejak konflik Israel-Hamas yang dimulai pada 7 Oktober.
Namun, WHO tidak secara eksplisit menyalahkan pihak tertentu atas serangan tersebut. Fase terakhir konflik bulan ini adalah operasi militer Israel terhadap Rafah yang menghalangi pengiriman pasien, memutus pasokan medis, dan mengancam rumah sakit yang masih berfungsi.
Sekelompok negara mendukung usulan pada pertemuan tahunan WHO di Jenewa untuk meningkatkan dokumentasi mengenai bencana krisis kemanusiaan di Gaza dan melaporkan situasi kelaparan di wilayah tersebut. Mosi ini didukung lebih dari 30 negara yang sebagian besar berasal dari Afrika, kawasan Teluk, Rusia, Turki, Tiongkok, dan lebih banyak lagi.
Pemungutan suara diperkirakan akan dilakukan pada Rabu malam. Selanjutnya, Menteri Kesehatan Turki, Fahrettin Koca mengungkapkan bahwa sistem layanan kesehatan di Gaza telah hancur. Hal ini disebabkan karena Israel menargetkan rumah sakit di Gaza dan menghancurkan fasilitas perawatan sepenuhnya.
Selain itu, dia juga menuduh Israel menggunakan kelaparan sebagai senjata perang dan mengatakan bahwa tindakannya terhadap rumah sakit merupakan kejahatan perang. Duta Besar Palestina, Ibrahim Khraishi mendesak negara-negara untuk mendukung mosi tersebut.
Namun, Duta Besar Israel, Meirav Eilon Shahar menyalahkan Hamas karena sengaja membahayakan keselamatan pasien dengan menggunakan fasilitas kesehatan untuk tujuan militer.
Selain itu, mereka juga mengajukan amandemen untuk memasukkan referensi ke 250 sandera yang ditahan selama serangan Hamas pada 7 Oktober yang menewaskan 1.200 orang dan mengutuk penggunaan rumah sakit oleh kelompok bersenjata.
Israel menyangkal tanggung jawab atas keterlambatan pengiriman bantuan ke Gaza dan mengatakan bahwa PBB serta pihak lain bertanggung jawab atas pendistribusian bantuan tersebut begitu mereka tiba di Gaza.
Selanjutnya, Irlandia merupakan salah satu dari segelintir negara yang menyerukan pembebasan para sandera dalam pidatonya. Selain itu, dia juga meminta Israel untuk menghentikan operasinya di Rafah.