DIARE jadi masalah kesehatan sistem pencernaan yang sangat familiar terjadi di kehidupan sehari-hari.
Sakit perut hingga sering bolak-balik buang air besar dalam periode waktu yang pendek ini memang tak kenal usia. Diare bisa menyerang balita, anak-anak, remaja, dewasa muda, paruh baya, hingga lansia.
Secara medis, diare terjadi dipicu karena adanya infeksi bakteri atau virus, kesulitan mencerna hal-hal tertentu (intoleransi makanan), alergi makanan contohnya alergi gluten) atau masalah makan, ada parasit yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan atau air, bentuk reaksi terhadap obat-obatan, hingga bisa juga karen penyakit usus, seperti penyakit radang usus.
BACA JUGA:
Diare sendiri umumnya terjadi di kala kita salah menyantap makanan, misalnya jajan sembarangan, tak sengaja makan makanan yang sudah kadaluarsa atau basi, makan berlebihan, atau makan makanan yang tak higienis.
BACA JUGA:
Lantas bagaimana cara mengatasi diare gara-gara salah makan? Melansir John Hopkins Medicine, Jumat (28/4/2023) mengobati diare dalam kebanyakan kasus kunci utamanya adalah fokus pada mengganti cairan tubuh yang hilang.

(Foto:Shutterstock)
Saran dari ahli kesehatan menyebutkan, bisa juga untuk minum oralit, atau oral rehydration solution (ORS). Menurut Prof Ari Fahrial Syam, Spesialis Penyakit Dalam subspesialis Konsultan Gastroenterologi dan Hepatologi, cairan oralit digunakan sebagai terapi rehidrasi oral yang tujuannya mengisi kembali kadar cairan tubuh, biasanya digunakan untuk mengobati dehidrasi sedang karena diare dan muntah.
"Oralit itu mengandung dua komposisi gula dan garam, untuk mengatasi dehidrasi saat kita mengalami muntah dan diare," ujar Prof Ari saat dihubungi MNC Portal belum lama ini.
Selain pemenuhan cairan tubuh yang hilang karena sering mengeluarkan tinja, disebutkan juga sebaiknya mengonsumsi obat untuk melawan infeksi, seperti antibiotik atau minum obat diare tablet yang dijual di apotek atau toko obat dan diminum sesuai aturan pakai.
Diare tidak boleh diidamkan tanpa pengobatan, karena jika diare tidak diobati maka bisa berisiko mengalami dehidrasi yang bisa berkembang jadi dehidrasi berat. Dehidrasi berat inilah, yang dapat menyebabkan kerusakan organ, syok, dan pingsan (kehilangan kesadaran) atau koma.
(Rizky Pradita Ananda)