SIAPA tak kenal dengan nama Pulau Buru? Ya, nama pulau ini terkenal sebagai lokasi pembuangan atau pengasingan para tahanan politik alias tapol.
Pulau Buru semakin melejit ketika dijadikan series novel oleh penulis besar Indonesia, Pramoedya Ananta Toer.
Tetralogi Buru berisikan 4 buku yang ditulis Pram selama menjalani masa tahanan di Pulau Buru.
Salah satu bukunya yang paling laris adalah Bumi Manusia dan berhasil diangkat ke layar lebar pada tahun 2019.
Buru merupakan sebuah pulau yang berada di Maluku. Menilik secara geografis, pulau ini berada di sebelah barat Pulau Seram dan sebelah barat laut Pulau Ambon. Selain itu, ada juga beberapa pulau kecil di sekitar Pulau Buru, yakni Ambalau, Manipa, Kelang, dan Buano.
Kini, Pulau Buru memiliki 2 wilayah pemerintahan administratif setingkat kabupaten. Kedua wilayah tersebut adalah Kabupaten Buru dan Kabupaten Buru Selatan.
Melansir jurnal Kapata Arkeologi (2012) terbitan Balai Arkeologi Ambon, disebutkan bahwa Pulau Buru memiliki sejarah yang panjang, yaitu sejak kejayaan Kesultanan Ternate di kisaran tahun 1570-an. Pulau ini lantas mendapat pengaruh dari Kesultanan Ternate.
Adapun contoh pengaruh yang ditanamkan di Pulau Buru terlihat dari hadirnya perwakilan Sultan Ternate di pulau ini. Gelar yang dimiliki perwakilan tersebut adalah Sangaji atau Gimelaha (Kimelaha).
Bukan hanya Pulau Buru, ada wilayah lain yang juga mendapat pengaruh dari Kesultanan Ternate, seperti Pulau Seram, Manipa, Buano, dan Kelang.
Pada tahun 1512, ekspedisi Francisco Serrao tercatat sebagai upaya awal bangsa Eropa dalam mencari pusat produksi cengkih. Pulau Buru adalah salah satu tempat yang dijadikan lokasi persinggahan.