MENGENAL atraksi tatung Singkawang yang selalu tampil saat perayaan Cap Go Meh dan jadi daya tarik bagi masyarakat bahkan wisatawan. Tatung adalah orang sakti yang kesurupan roh leluhur dan kebal senjata tajam.
Tradisi tatung sangat populer di kalangan masyarakat Tionghoa khususnya di Kabupaten Singkawang, Kalimantan Barat.
Dalam bahasa Hakka, Tatung merupakan tradisi seseorang dirasuki roh yang memiliki kekuatan supranatural. Pada masyarakat Tionghoa di Singkawang biasanya tatung dijadikan sebagai media untuk menangkal roh jahat dan menghindari bala.
BACA JUGA:Cap Go Meh 2023, Bengkayang Gelar Festival Budaya Tatung demi Gaet Wisatawan
Berikut fakta menarik tentang tatung Singkawang.
1. Tatung dirasuki roh
Tatung adalah media utama dalam perayaan Cap Go Meh. Atraksi Tatung dipenuhi dengan mistik dan menegangkan, karena banyak orang kesurupan dan orang-orang inilah yang disebut Tatung. Upacara pemanggilan Tatung dipimpin oleh pendeta yang sengaja mendatangkan roh orang yang sudah meninggal untuk merasuki Tatung.

Tatung perempuan di Kalbar. (Dok Okezone.com)
Roh-roh yang dipanggil diyakini sebagai roh-roh baik yang mampu menangkal roh jahat yang hendak mengganggu keharmonisan hidup masyarakat.
BACA JUGA:Mengapa Singkawang Disebut Kota Amoy? Ternyata Begini Asal-Usulnya
2. Ritual menangkal roh jahat
Tatung atau Louya merupakan media ritual Cap Go Meh untuk menangkal roh jahat dan membersihkan kota dan Vihara dari kejahatan dan nasib buruk. Pengusiran roh-roh jahat dan menghilangkan kesialan dalam Cap Go Meh disimbolkan dalam pertunjukan Tatung.
3. Syarat jadi tatung
Ternyata tidak sembarangan orang bisa jadi tatung. Para Tatung diwajibkan berpuasa selama tiga hari sebelum hari perayaan yang maksudnya agar mereka berada dalam keadaan suci sebelum perayaan.
Selain itu, mereka juga harus memiliki surat keterangan resmi dari kantor kelurahan bahwa orang tersebut benar-benar tatung. Surat tersebut didaftarkan ke sekretariat Tao kemudian didaftarkan dalam Festival Cap Go Meh.
4. Tatung punya kesaktian
Sebelum parade tatung dimulai, para tatung dirasuki (di bawah alam sadar) oleh roh leluhur mereka kemudian mempertunjukkan ilmu kesaktiannya seperti menusuk pipi, kebal dengan senjata tajam, hingga aksi mengupas kelapa dengan gigi. Tatung itu sendiri merupakan perpaduan antara budaya Tiongkok dengan budaya Dayak.
5. Jadi tradisi kebanggaan masyarakat Singkawang
Tradisi tatung pernah dilarang dipertontonkan di depan umum saat pemerintah Orde Baru. Tetapi di era reformasi, Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur mengizinkan kembali atraksi tatung.

Warga Tionghoa khususnya di Singkawang menjadi lebih leluasa untuk menjalankan tradisi atau upacara keagamaan mereka. Di dunia pariwisata, keberadaan tatung berpotensi untuk menarik turis dalam negeri dan mancanegara. Selain mengangkat nama Singkawang di dunia internasional, Tatung juga ikut meningkatkan perekonomian daerah setempat.
(Salman Mardira)