Museum Sains
Tidak melulu menjadikan objek wisata sebagai tujuan hiburan, tetapi bagaimana tempat wisata juga bisa menjadi sarana edukasi. Itulah yang melatarbelakangi pembangunan museum sains yang pembangunannya baru saja dimulai dua hari lalu.
Untuk proyek ini Gibran menggandeng pendiri Tahir Foundation, Dato Sri Tahir. Pada proyek tersebut, pemilik Mayapada Group ini siap menggelontorkan dana hingga Rp600 miliar.
Museum Budaya, Sains, dan Teknologi Bengawan Solo ini berlokasi di kompleks perguruan tinggi, di antaranya kampus Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta dan Universitas Sebelas Maret (UNS). Selain itu, museum ini berdekatan pula dengan Technopark yang menjadi pusat bisnis dan edukasi.
Ke depan, keberadaan museum akan dikolaborasikan dengan perguruan tinggi yang ada di Solo. Museum yang salah satunya akan berisi solarium taman botanica dengan koleksi tumbuhan dari berbagai negara tersebut akan dibangun di atas lahan 60.000 meter persegi.
"Terbesar di Jawa Tengah mungkin, kami laporkan ke Pak Wali, pembangunannya tidak boleh lebih dari dua tahun," kata Tahir.
Mengenai pembangunan tersebut, Tahir ingin berkontribusi bagi kemajuan Kota Solo. Ia yang berdarah Solo mengaku memiliki keterikatan dengan kota tersebut.
Sempat hidup di Solo, Tahir mengenang dulunya berwisata di pinggiran Sungai Bengawan Solo sudah menjadi kemewahan tiada tanding. Namun, saat ini Solo berbeda. Pembangunan masif yang dilakukan oleh pemerintah setempat menggerakkan Tahir untuk ikut ambil bagian di dalamnya.
Tonggak wisata leisure
Jika selama ini Solo lebih banyak melayani kunjungan tamu untuk kegiatan meetings, incentives, conventions and exhibitions (MICE) atau perjalanan dinas, bukan tidak mungkin ke depan Kota Solo akan menjadi destinasi wisata leisure atau perjalanan santai.
Ketua Indonesia Conggres and Convetion Asociation (INCCA) Solo, Daryono, mengatakan ciri-ciri kota leisure adalah ketika akhir minggu dikunjungi oleh banyak orang, berbeda dengan kota MICE yang lebih banyak dipadati oleh orang-orang pada saat hari kerja.