GUNA menjaga kesehatan, kita memang harus berolahraga minimal 150 jam dalam seminggu, atau bisa dilakukan 30 menit selama 5 hari. Tapi, banyak yang salah mengartikan bergerak dengan berolahraga.
Direktur Kesehatan Usia Produktif dan Usia Lanjut Kementerian Kesehatan Kartini Rustandi menyebut, lanjut kegiatan mengolah tubuh secara fisik atau olahraga memang terpisah dari kegiatan domestik yang dikenal juga sebagai pekerjaan rumah seperti menyapu, mengepel, mencuci piring, ataupun mencuci mobil.
Kartini menyebutkan dibutuhkan waktu khusus yang terpisah dari kegiatan rutin sehari-hari agar kegiatan mengolah badan bisa produktif. Dia pun membagikan kiat mengolah tubuh yang ideal agar tetap bugar di tengah aktivitas padat yang dilakukan masyarakat sehari-hari.
“Setiap orang harus mempersiapkan diri untuk berolahraga minimal 30 menit setiap hari. Seperti seorang karyawan yang bisa berolahraga sepulang kerja, seorang ibu bisa mencari waktu olahraga di siang atau sore hari setelah kesibukannya selesai, yang pasti dalam kondisi tenang," kata Kartini seperti dilansir dari Antara.

Agar bisa efektif, kegiatan olahraga yang dilakukan harus memenuhi prinsip BBTT (Baik, Benar, Terukur, dan Teratur). Memenuhi prinsip "Baik" artinya melakukan aktivitas sesuai kemampuan tubuh dan bertahap, serta berkesinambungan.
Lalu "Benar" artinya melalui tahapan seperti melakukan pemanasan sebelum mulai berolahraga untuk menghindari cedera dan tidak lupa menutup gerakan olahraga dengan pendinginan. Selain itu, prinsip "Benar" juga terkait dengan pola makan.
Kartini menyebutkan contohnya seperti dua jam sebelum beraktivitas fisik memutuskan sudah tidak makan lagi, karena bila setelah makan langsung beraktivitas fisik maka akan menyebabkan sesak napas. Lalu selanjutnya adalah "Terukur", yang artinya benar-benar masuk ke dalam zona latihan.