Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Kisah Pelindung Kakatua Seram di Negeri Masihulan (2)

Antara , Jurnalis-Senin, 22 Februari 2021 |13:00 WIB
Kisah Pelindung Kakatua Seram di Negeri Masihulan (2)
Sony Sapulette, pelaku ekowisata di Desa Masihulan, Seram Utara, Maluku Tengah (Antara)
A
A
A

Keadaan itu memaksa masyarakat Desa Masihulan yang bekerja di PRS harus mencari alternatif pendapatan lain untuk menghidupi keluarganya, seperti dengan mengolah hasil kebun untuk dijual, dan membantu pekerjaan kasar.

“Bagaimana karyawan mau memerhatikan burung-burung ini jika tidak dibayar dengan benar. Apalagi di tengah situasi susah di masa COVID-19 begini," kata Ceisar.

Beberapa pengelola ekowisata dan pekerja pemelihara satwa pada akhirnya ada yang kembali mengelola kebun di masa pandemi. Ada pula yang membantu menanam bibit mangrove di pesisir selatan Desa Masihulan yang dibiayai pemerintah setempat, serta ada yang mengolah sagu di Sungai Salawai untuk kemudian dijual, ada pula kelompok masyarakat yang membuat lopa-lopa (sejenis tas tradisional berbahan pelepah sagu), membuat tikar dari daun pandan dan rotan.

Suatu dilema tersendiri khususnya bagi mantan pemburu kakatua seram yang kini harus kembali mengolah kebun serta mengambil pekerjaan lainnya untuk memenuhi kebutuhan ekonominya. Tentu ada pergumulan batin, perjuangan, totalitas, dan jerih payah dari mereka dalam melindungi satwa-satwa dilindungi dan kawasan hutan penyangga taman nasional di sana.

“Pas COVID-19 ini, mau maju salah, mundur juga salah. Ini katong badiri tenga-tenga (berdiri di tengah-tengah) nih. Tinggal bagaimana 'katong pung' (saya punya) otak berpikiran saja. 'Katong' masing-masing 'pung' keinginan dan kemauan saja. Bagi beta pribadi yang jalani pariwisata Sawai-Mashiulan ini, beta 'biking kabong' (berkebun), tapi beta juga tetap sediakan waktu 'voor' jalani komunikasi dengan kawan-kawan pariwisata baik di dalam negeri maupun luar negeri," kata Sony menjelaskan posisi mereka yang serba salah sebagai kelompok yang baru saja mencoba mengembangkan ekowisata dan konservasi.

Harapannya sangat sederhana yaitu aktivitas ekowisata dan konservasi di Masihulan dapat berjalan dengan baik dan lancar. Meski di tengah pandemic COVID-19 yang merupakan suatu kejadian baru dan memberikan efek ke hampir seantero dunia kepariwisataan.

(Salman Mardira)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita women lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement