Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Kisah Perawat Meninggal karena Tangani Pasien COVID-19 Tanpa APD yang Layak

Muhammad Sukardi , Jurnalis-Selasa, 12 Mei 2020 |10:02 WIB
Kisah Perawat Meninggal karena Tangani Pasien COVID-19 Tanpa APD yang Layak
Rekan perawat Celia Marcos berduka (Foto : Covid-19 News)
A
A
A

Pejabat Presbiterian Hollywood membantah bahwa Marcos merawat pasien COVID tanpa alat pelindung yang layak dan mengatakan rumah sakit mematuhi semua rekomendasi lokal dan federal. "Terlepas dari informasi ini, dan komitmen kami untuk mengikuti semua pedoman, kami merasa kehilangan yang sangat dalam," kata administrator dalam sebuah pernyataan kepada The Times.

Serikat perawat SEIU 121RN mengajukan keluhan pada Administrasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja negara bagian yang menyebut kematian Marcos "hasil dari APD yang tidak memadai yang diberikan kepada staf." Serikat pekerja juga menuduh dalam keluhan terpisah kepada departemen kesehatan negara bagian bahwa Marcos menerima perawatan di bawah standar begitu dia menjadi pasien di rumah sakit.

"Marcos dipanggil ke ruang isolasi COVID-19 dengan hanya menggunakan masker bedah, tanpa respirator, baju pelindung, pelindung wajah, dan sepatu bot N95 yang diperlukan," kata Presiden SEIU 121RN Nina Wells. "Sekarang kita tahu dia memberikan hidupnya untuk mencoba menyelamatkan hidup orang lain," sambungnya.

Perawat

Momen kematian Marcos

Anak Marcos, Donald, 41, tidak mendengar kabar dari ibunya lagi sampai 15 April, ketika dia menjawab panggilan video dari tempat tidur rumah sakitnya. Dia mengatakan kepada Donald bahwa dia menderita pneumonia di kedua paru-paru.

"Napasnya yang sulit membuatnya sulit untuk berbicara," kenang Donald. Dalam video call itu, keduanya menangis.

Donald menjelaskan, ibunya itu tidak punya riwayat penyakit serius. Marcos hanya memiliki tekanan darah tinggi, yang dikendalikannya dengan obat-obatan. "Dia sehat, bersemangat, dan tinggal bersama pasangannya, yang juga seorang perawat," kata putranya itu.

Pada 17 April, jantung Marcos berhenti berulang kali, mengharuskan staf untuk menyadarkannya berkali-kali. Berita tentang kemundurannya yang cepat menyebar melalui rumah sakit. Seorang kolega menerima telepon bahwa Marcos tak sadarkan diri.

Perawat

Mengetahui kabar tersebut, teman seprofesinya hanya bisa menangis. "Saat tahu Marcos tak sadarkan diri, aku hanya berbicara pada diri sendiri kalau, 'Please, aku tidak ingin mendengar kabar ini'," kata perawat.

Pada 20 April, Marcos dinyatakan meninggal dunia. "Sulit untuk memahami bahwa Celia sudah pergi," kata perawat itu. "Aku masih menganggapnya sedang berlibur. Itu lebih mudah daripada harus kehilangan seseorang," sambungnya.

Kematian Marcos menjadi perhatian besar pihak rumah sakit. Perawat yang menangani pasien COVID-19 menuntut managemen rumah sakit untuk menyediakan APD layak. Beberapa keluar dari pekerjaan dengan alasan keselamatan.

"Saya mencintai pekerjaan saya, tetapi saya tidak berusaha untuk mati sebagai pahlawan," kata salah seorang perawat.

(Helmi Ade Saputra)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita women lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement