MASIFNYA arus informasi yang beredar di media massa memang nampaknya belum mampu ditangani dengan baik oleh banyak orang. Terbukti masih banyak orang yang terpapar hoax, meskipun informasi yang benar bisa didapat dengan mudahnya.
Memang, fenomena penyebaran berita palsu alias hoax dan disinfomasi menjadi kelaziman di era digital. Unggahan konten viral yang kadung ramai, dibumbui komentar menjadi perbincangan. Padahal boleh jadi konten tersebut unggahan lawas yang sengaja disebar untuk memanaskan situasi.
Persebaran hoaks tersebut ternyata merenggangkan hubungan antar anggota keluarga loh. Enggak percaya? Aziza, 21, mahasiswi tingkat akhir di kampus negeri ini kerap dibuat “panas” gara-gara unggahan video di Whatsapp grup keluarga besarnya.
“Terutama pas tahun politik kemarin. Banyak banget yang share hoaks capres ini lah, yang kubu sebelah juga konter pakai hoaks lain lah. Akhirnya panas,” ujar dia seperti dilansir dari Solopos.com.

Tak hanya gerah melihat informasi keliru menyebar dan jadi obrolan tante dan omnya. Aziza merasakan obrolan yang semula hanya mencuat di grup Whatsapp tersebut lambat laun merembet ke meja makan saat sesi makan malam keluarga intinya.
“Akhirnya aku enggak tahan bilang dong ke bapak dan ibu. Bapak, informasi hoaks yang itu benarnya seperti ini lho. Yang keliru bagian ininya lho. Ya, walaupun mereka kadang lebih percaya omongan pakde atau bude yang dianggap lebih ngerti ketimbang anak kecil kayak aku,” jelasnya.
Aziza mengatakan hubungannya dengan kerabatnya pernah renggang ketika mereka terlibat perang komentar terbuka di grup Whatsaap, pada Pemilu 2019. Dari kejadian tersebut, beberapa sepupunya akhirnya meninggalkan grup.
“Ya, dari situ aku lebih baik jadi silent reader saja. Malas, turn back hoax kalau ujung-ujungnya dimusuhi,” beber dia.