Selanjutnya, menurut Anton, pihaknya juga mengusulkan kepada pemerintah untuk adanya program nasional per baikan pasca panen kopi rakyat. Melalui fasilitas pemerintah dengan memberikan pembe ian kredit penyangga perkebunan kopi dalam rangka diversifikasi usaha tani.
Tak kalah pen ting adalah terkait kejelasan produk kopi yang dijual di pasaran agar diawasi oleh pe merintah pusat dan daerah. Dan mengembangkan industri hilir kopi melalui sistem intensif dan disintensif promosi kopi Nusan tara dan kopi olahan.
Sementara itu pemerhati marketing Gupta Sitorus mengungkapkan, fakta diterimanya kopi specialty asal Indonesia di pasar AS merupakan hal yang sangat positif. “Ini menunjukkan bahwa kopi lokal kita bisa masuk di pasar global.
Apalagi AS merupakan negara kedua dalam urutan konsumen terbesar kopi dunia,” ujar Gupta. Dari sisi branding, menurut dia, masih ada tantangan, yakni bagaimana membuat branding dengan kemasan menarik supaya kopi tidak semata-mata sebagai komoditas, tetapi sebagai produk yang memiliki nilai tam bah.
Apalagi, kata dia, pasar saat ini didominasi kaum milenial yang sangat menggantungkan ke putusan berbelanja itu membeli produk berdasarkan cerita dari produk yang bersangkutan.
“Story of product ini mencakup dari mana asal produk, bagaimana produk ini dibuat, siapa yang membuat. Produk dengan brand story yang punya bobot sustainability dan etikal seperti fair trade, ramah lingkung an akan jauh lebih mudah diterima oleh market, apalagi market internasional,” ujarnya.
(Renny Sundayani)