Kali ini respons terhadap kopi Tanah Air ditunjukkan dengan transaksi bernilai ratusan miliar pada pameran yang berlangsung di Boston, Amerika Serikat (AS). Kendati demikian, masih ada sejumlah pekerjaan rumah yang harus diselesaikan para pemangku kepentingan agar kopi Indonesia lebih berdaya saing di pasar global.
Di antara tantangan yang muncul adalah masih lemahnya produktivitas lahan perkebunan kopi hingga pascapanen. Di samping itu, yang perlu diperhatikan adalah branding produk kopi mengingat banyaknya daerah penghasil kopi di Nusantara.
Ini merupakan faktor penting karena konsumen saat ini cenderung menyukai produk yang memiliki nilai tambah tinggi, baik dari sisi kemasan maupun “kisah” produknya. Pada pameran kopi internasional Global Coffee Specialty Expo di Boston, AS, Indonesia melalui Kementerian Pertanian (Kementan) berhasil membukukan transaksi perdagangan senilai USD26,3 juta atau sekitar Rp360 miliar.
“Rangkaian (pameran) ini membawa Indonesia mencapai transaksi USD26,3 juta khusus untuk kopi spesial,” ujar Atase Pertanian Washington Hari Edi Soekirno dalam keterangan tertulisnya, Selasa (14/5/2019).
Dalam pameran yang berlangsung selama tiga hari itu, ada sekitar 13.000 pengunjung dan 75 negara peserta. Indonesia membawa delegasi tujuh perwakilan, masing-masing dari CV Gayo Mandiri, Santiang Exports, Meukat Komoditi Gayo, PTPN XII, Gayo Bedetak Nusantara, Upnormal Coffee Roastery, dan Tentera Coffee Roasters.
“Indonesia juga mengikuti kejuaraan World Brewers Championship dan World Barista Cham pionship ,” katanya. Untuk diketahui, World Brewers Championship adalah kompetisi bergengsi yang memamerkan kerajinan dan keterampilan menyaring kopi dengan tangan.
Para kontestan datang dari seluruh dunia. Adapun World Barista Championship ada lah kejuaraan barista dunia yang diselenggarakan setiap tahun. “Di sana atase kami beserta staf juga hadir dan berkolaborasi dengan pihak atase perdagangan dan konsulat jenderal.