Kami melakukan berbagai kegiatan promosi komoditas kopi spesial kepada publik Amerika dan internasional,” katanya. Hari menjelaskan, secara global seluruh rangkaian acara ini fokus pada kepedulian penggunaan moneter pada isu lingkungan hidup dan perdagangan yang adil.
Dalam pembahasannya dikemukakan bahwa semua pihak perlu berinvestasi pada infrastruktur untuk menumbuhkan sektor ekonomi dalam sebuah negara. “Inilah yang dinamakan ting kat investasi publik.
Langkah ini tentu sangat membantu perekonomian masyarakat secara proporsional serta mampu meningkatkan kemampuan teknologi,” katanya. Dia menambahkan, kebutuhan investasi juga tetap harus dipenuhi secara baik tanpa merusak kesinambungan fiskal.
Lebih dari itu, kata Hari, langkah ini diperlukan untuk meningkatkan tata kelola inves tasi infrastruktur dan nilai mata uang.
“Untuk itu kami mengharap kan dukungan Kementan dan Bappenas dalam mengajukan proposal program FFPr (Food for Progress) senilai USD10 juta-12 juta melalui pihak ketiga baik lembaga nonpemerintah, universitas maupun aso siasi terkait bidang hortikultura untuk diserahkan kepada USDA (Kementerian Pertanian AS) paling lambat 15 Mei 2019,” tandasnya.
Kiprah kopi Indonesia di ajang dunia sebelumnya juga tercatat saat meraih peng hargaan dari Agency for the Valorization of the Agricultural Products (AVPA) di Paris, Prancis, tahun lalu. AVPA adalah organisasi di Prancis yang memiliki kepedulian membantu produsen produk pertanian dari seluruh dunia, utamanya untuk memasarkan produk mereka di Eropa.
Pada ajang itu sebanyak 23 jenis kopi dari 11 produsen berhasil mengungguli produk kopi lain dari berbagai negara penghasil kopi. Saat itu Indonesia hanya kalah dari Kolombia yang menyabet 25 penghargaan dari 14 produsen.