“Sayangnya, 73 persen pendapatan yang dikeluarkan keluarga dengan pendapatan middle-low sebagian besarnya dipergunakan untuk membeli rokok. Selain itu, penyebab lainnya karena kualitas pangan di pasar tidak semuanya sehat,” ujarnya.
(Baca Juga:Studi Ungkap Dampak Tidak Olahraga Jauh Lebih Buruk Ketimbang Merokok!)
Di sisi lain, menurut Maulana kenaikan harga komoditas bahan pangan di Indonesia bukan salah pedagang di pasar, melainkan karena adanya tiga faktor, seperti iklim, biaya logistik, dan jasa keuangan. Iklim mempengaruhi ketersediaan pangan yang bergantung pada cuaca, seperti panen bawang merah yang mundur dua bulan dari jadwal karena terimbas El Nino.
Biaya logistik memengaruhi karena ketersediaan komoditas di dekat sentra konsumsi dan dukungan logistic optimal sangat berpengaruh, dan jasa keuangan mempengaruhi tingginya harga pangan bukan karena jasa perbankan, melainkan 87 persen petani tidak bankable, sehingga penurunan kredit perbankan hingga satu digit tidak akan berpengaruh pada harga komoditas.
(Utami Evi Riyani)