1. Mendahulukan diri sendiri
Orangtua dengan sifat narsistik kerap menempatkan kepentingan pribadi di atas kebutuhan anak. Hal ini bisa terlihat dari kurangnya perhatian terhadap kesehatan, keamanan, hingga kebutuhan emosional anak. Mereka lebih fokus mencari kepuasan pribadi, sementara anak sering kali tumbuh dengan rasa diabaikan.
2. Mencuri sorotan
Alih-alih merayakan pencapaian anak, orangtua narsistik justru sering berusaha menarik perhatian. Misalnya dengan membuat keributan di acara olahraga anak, atau bahkan tampil mencolok di hari pernikahan sang anak. Setiap momen yang seharusnya menjadi milik anak, justru dijadikan panggung untuk diri mereka sendiri.
3. Bersikap abusif
Perilaku abusif kerap menyertai pola asuh narsistik, baik berupa kekerasan verbal, emosional, maupun fisik. Komentar merendahkan, kritik berlebihan, hingga tindakan kasar bisa muncul sebagai cara mereka mempertahankan kontrol, meninggalkan luka psikologis mendalam pada anak.
4. Tidak mengenal batasan
Kontrol berlebihan menjadi ciri khas lain. Orangtua dengan sifat narsistik cenderung ingin mengatur hampir seluruh aspek kehidupan anak, mulai dari pertemanan hingga keputusan pribadi. Akibatnya, anak kesulitan mengembangkan jati diri dan kemandirian.
5. Sulit mengakui kesalahan
Bagi orangtua narsistik, meminta maaf adalah hal yang nyaris mustahil. Mereka cenderung mengalihkan kesalahan pada orang lain, bahkan pada anak sendiri. Kalaupun mengaku salah, biasanya disertai dengan sikap meremehkan atau meminimalkan kesalahannya.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)