Azoospermia diperkirakan menyumbang sekitar 10% kasus infertilitas pria. Metode konvensional seringkali kesulitan menemukan sperma yang layak dalam sampel. Namun, kini hadir terobosan berbasis kecerdasan buatan (AI).
Dengan teknologi pencitraan canggih, algoritma AI dapat menganalisis jutaan gambar sampel dan mendeteksi sel sperma yang sangat langka, yang sering terlewat oleh embriolog manusia. Setelah ditemukan, sperma tersebut diarahkan melalui chip mikrofluida ke saluran khusus tanpa menggunakan prosedur invasif atau bahan kimia berisiko.
Salah satu pengembang teknologi ini adalah Universitas Columbia, Amerika Serikat, yang mampu memindai hingga 8 juta gambar per jam untuk menemukan sperma yang layak dipakai dalam proses pembuahan.
Pendekatan inovatif ini memberikan harapan baru bagi pria dengan azoospermia, membuka jalan bagi metode reproduksi yang lebih aman, cepat, dan efektif.
(Rani Hardjanti)