Aksi protes tersebut pun memicu gelombang dukungan dari sesama anggota parlemen dan para penonton sidang. Sidang yang mulanya dimaksudkan untuk membahas Treaty Principles Bill berubah menjadi kacau ketika anggota parlemen lainnya serta penonton di galeri bergabung dengan Maipi-Clarke melakukan haka.
Ketua Parlemen saat itu Gerry Brownlee, lalu menghentikan sementara sesi persidangan tersebut dan memerintahkan pengosongan ruangan. Aturan baru tersebut bertujuan untuk menafsirkan ulang prinsip-prinsip Perjanjian Waitangi yang ditetapkan pada tahun 1840 yang merancang hubungan antara Mahkota Inggris dan suku-suku Maori.
RUU tersebut berupaya memperluas hak-hak kepada seluruh warga Selandia Baru. Namun, para kritikus menilai justru akan melemahkan kedaulatan Maori dan berpotensi memicu ketegangan rasial. Berbicara soal agama, belum ada sumber yang menyebut secara valid agama apa yang dianut politikus satu ini.
(Kemas Irawan Nurrachman)