GAYA hidup mahasiswa Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA) menarik untuk diikuti. Mereka beruntung mendapatkan kesempatan untuk tinggal dan belajar di negeri ginseng selama satu semester.
Selain itu, mahasiswa tersebut memperoleh berbagai pengalaman baru yang tak terlupakan. Pengalaman ini dapat memberikan kilasan kehidupan di Korea Selatan bagi teman-teman yang tertarik untuk menjelajahi Korea Selatan, baik untuk bekerja, melanjutkan studi, atau sekadar berwisata.
Perlu diketahui pula pada 2023, Indonesia dan Korea Selatan dengan bangga merayakan 50 tahun hubungan diplomatik yang erat. Salah satu dampak positif dari kerja sama ini adalah perkembangan signifikan dalam bidang pendidikan internasional.
Untuk lebih dekat lagi dengan kegiatan mereka, yuk intip gaya hidup mahasasiswa IISMA.
1. Travelling
Di Korea Selatan, sebagian besar masyarakat menggunakan transportasi umum seperti subway atau bus untuk bepergian dari satu tempat ke tempat lain. Kebiasaan menggunakan transportasi umum ini didukung oleh pemerintah setempat dengan menyusun sistem transportasi yang sangat terintegrasi dari satu tempat ke tempat yang lainnya.
Aplikasi navigasi juga menjadi hal yang sangat menarik untuk dilihat. Alih-alih menggunakan Google Maps, Aplikasi Naver Map sangat mendominasi masyarakat dalam memberikan arah secara detail layaknya kompas dan juga memberikan informasi seperti jumlah stasiun yang harus dilalui, jumlah transit, waktu tempuh serta biaya yang diperlukan.
Selain itu, praktik etika yang disiplin dalam penggunaan transportasi umum merupakan tindakan yang sangat positif untuk memastikan kenyamanan dan aksesibilitas bagi semua anggota masyarakat, terutama mereka yang membutuhkan bantuan khusus.
Sistem transportasi umum yang efisien dan ramah pengguna seperti ini dapat memberikan banyak manfaat, termasuk mengurangi kemacetan lalu lintas, mengurangi polusi udara, dan meningkatkan mobilitas masyarakat Korea Selatan. Upaya pengurangan emisi rumah kaca juga didukung dengan maraknya penggunaan kendaraan listrik yang secara relatif lebih ramah lingkungan.
2. Kuliner
Berbeda dengan orang Indonesia yang terbiasa berbagi makanan bersama ketika memesan di restoran, beberapa restoran di Korea mewajibkan setiap orang untuk memesan satu menu per orangnya. Hal ini juga dikarenakan bersantap sendirian merupakan hal yang normal bagi masyarakat di negri gingseng. Sebagai gantinya, pelayanan restoran di Korea Selatan menawarkan air minum dan side dish yang disebut banchan yang umumnya terdiri atas kimchi atau acar lobak secara gratis dan boleh dinikmati sepuasnya.
Untuk mahasiswa atau turis yang ingin berhemat, membeli makanan di minimarket seperti CU, GS25 dan emart24 dapat dijadikan opsi. Untuk mahasiswa atau turis yang ingin berhemat, membeli makanan di minimarket seperti CU, GS25 dan emart24 dapat dijadikan opsi. Berbagai variasi makanan seperti samgak-kimbap, kimbap, nasi kotak, dan pasta dijual dengan harga yang terjangkau. Setiap makanan diberikan label yang berisi informasi nutrisi sehingga pembeli bisa memilih sesuai dengan kebutuhan. Selain minimarket, kantin universitas atau cafetaria juga menyediakan makanan yang bergizi dengan harga yang ramah dengan dompet mahasiswa.
3. Belajar
Setelah menghabiskan satu bulan belajar di Korea Selatan, mahasiswa IISMA telah mengamati beberapa kebiasaan belajar yang berbeda. Salah satu aspek yang mencolok adalah nilai yang diberikan pada waktu dan ketepatan waktu. Dosen dan mahasiswa di Korea Selatan sangat menghargai jam pelajaran sehingga kelas selalu dimulai tepat waktu dan berakhir sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan sebelumnya.
Seluruh kurikulum dan materi pembelajaran juga disampaikan pada awal semester dan dijalankan dengan ketat sesuai dengan rencana. Hal ini mendorong para mahasiswa untuk menghargai waktu yang disediakan dengan melibatkan diri dalam pembelajaran dan menyelesaikan tugas sesuai dengan tenggat waktu yang ditentukan.
Selain itu, mahasiswa Korea menunjukkan tingkat keseriusan yang sangat tinggi dalam proses belajar-mengajar. Ketika berada dalam kelas, tidak ada yang mengobrol atau membuat keributan yang dapat mengganggu pembelajaran. Semua peserta fokus, mendengarkan dengan saksama, dan mencatat informasi penting. Budaya ini sangat mempengaruhi para mahasiswa untuk lebih fokus dan serius dalam belajar. Hal ini menumbuhkan memotivasi dan semangat belajar yang tinggi dan berusaha untuk selalu memberikan usaha yang terbaik dalam setiap pelajaran.
Kebiasaan mahasiswa Korea yang sangat rajin belajar merupakan fenomena menarik yang tercermin dalam pola hidup mereka sehari-hari. Di Korea Selatan, kafe belajar, atau yang sering disebut sebagai study cafe, merupakan hal yang sangat populer. Study cafe merupakan tempat yang dirancang khusus untuk mahasiswa dan pelajar yang ingin belajar dengan nyaman. Study cafe ini menawarkan suasana yang tenang, dengan meja-meja yang luas, kursi yang nyaman, dan fasilitas seperti Wi-Fi yang cepat dan steker untuk mengisi daya perangkat elektronik.
Makanan dan minuman yang disajikan biasanya tidak lain adalah rangkaian pastries serta kopi dan minuman segar seperti lemonade, fruit punch dan sebagainya. Semua ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan belajar yang optimal.
4. Menerapkan Gaya Hidup Berkelanjutan
Masyarakat Korea disiplin menjalani kebiasaan membuang sampah pada tempatnya. Bagi siapapun yang membuang sampah sembarangan akan dikenakan hukuman berat ataupun denda yang besar.
Lain daripada Indonesia, di negara ini jarang ditemukan tempat sampah di tempat umum. Bahkan jika tidak ada tong sampah sekalipun, sampah-sampah yang kita hasilkan saat berpergian, seperti plastik makanan, tisu bekas dan sebagainya, akan disimpan sampai rumah untuk kemudian dibuang. Hal ini dilakukan masyarakat Korea karena sampah dianggap sebagai tanggung jawab masing-masing. Ditambah lagi, tempat sampah yang tersedia biasanya dipisah menjadi beberapa kateori sesuai dengan material sampah seperti plastik, kertas, kaca, logam, dan sampah organik.
Sistem pemilahan sampah ini bertujuan untuk mempermudah proses daur ulang sampah. Beberapa merk fashion lokal korea seperti RE;CODE bahkan memanfaatkan sampah untuk dijadikan busana, tas dan kaus kaki.
(Endang Oktaviyanti)