Jangan menutup mata, lingkungan sosial kita punya standar khusus dalam menilai sesuatu. Tak terkecuali makna cantik. Banyak orang masih beranggapan cantik adalah tinggi, kurus, berkulit putih, dan rambut panjang lurus. Hal ini terus diamini sampai akhirnya tindakan body shaming pun menggunung di sosial.
Mereka yang tak masuk dalam standar makna sosial dianggap aneh dan jelek. Tak sedikit yang akhirnya melontarkan ejekan hingga body shaming tanpa tahu apa dampak yang ditimbulkan.
Tentry Yudvi merasakan kondisi itu sejak kecil. Air mata sampai tak terbendung saat tahu dirinya 'ditolak' sosial. Namun, tak mau ikut larut dalam kesedihan, Tentry memilih bangkit dan kini dia berdamai dengan tubuhnya pun sosial.
Pada Okezone, Tentry menceritakan secara gamblang bagaimana masa kecilnya yang penuh dengan hinaan dan akhirnya sekarang bisa menyebarkan hal positif ke lingkungan sosial. Seperti apa kisah Tentry?
Masa kecilku
Aku lahir sebagai anak pertama dan cucu pertama sehingga dari kecil aku selalu dimanjakan oleh makanan. Karena, kata mama, aku suka makan, kalau aku telat makan bisa ngamuk. Jadi, setiap orang datang ke rumah untuk main sama aku, aku sering dibawain makanan terutama fast food.
Hal itu yang akhirnya membuat badanku gemuk sejak kecil. Waktu aku TK, badan aku paling gendut sendiri. Sudah paling gendut, aku keriting, dan kulitku hitam. Kondisi itu membuat teman-teman lainnya takut main sama aku. Karena, bentuk badanku menyeramkan.
Terus, pas aku SD, aku masuk ke sekolah swasta. Di sana anak-anak mainnya nge-geng. Nggak ada yang ngajak aku main dan mau masukin aku ke geng mereka. Terus, waktu zaman itu juga ramai iklan Gorila cokelat. Nah, anak-anak usiaku sering menghina aku dengan sebutan gorila cokelat, karena kulitku cokelat, rambut keriting, dan badan aku gemuk yang sekarang mungkin termasuk body shaming.