Ia merasa tidak diberi ruang untuk membela diri maupun memulihkan kondisi kesehatannya. Mimpinya untuk tampil di panggung Miss Universe pun harus berakhir akibat situasi yang berada di luar kendalinya.
Helena akhirnya memutuskan untuk melepaskan gelarnya secara resmi dan mengakhiri kerja sama kontraktual dengan organisasi Miss Universe Islandia. Ia menyebut langkah tersebut sebagai pilihan paling bermartabat di tengah kondisi yang dinilainya tidak sehat, baik secara emosional maupun profesional.
Di sisi lain, organisasi Miss Universe Islandia memberikan pernyataan yang bertolak belakang dengan klaim Helena. Mereka menyebut bahwa Helena secara sukarela memilih mundur dari kompetisi Miss Universe.
Organisasi tersebut juga membantah tudingan adanya penalti. Mereka menegaskan kewajiban tersebut merupakan bagian dari ketentuan kontrak standar, bukan sanksi khusus akibat penarikan diri.
Keputusan Helena untuk angkat bicara pun menarik perhatian luas publik dan penggemar kontes kecantikan internasional.
Kasus ini menambah daftar kontroversi dalam penyelenggaraan Miss Universe 2025, yang sebelumnya juga diwarnai berbagai kritik dan konflik internal.
(Rani Hardjanti)