Fenomena menarik pun muncul setelah kebijakan ini diterapkan. Warganet menjulukinya sebagai “marriage tourism” tren menikah sambil liburan di kota lain.
Beberapa pasangan bahkan memilih tempat yang tidak biasa sebagai lokasi pernikahan, seperti:
Menurut laporan pemerintah, kebijakan ini mulai menunjukkan hasil positif. Jumlah pernikahan naik 22,5% dibanding tahun sebelumnya, mencapai 1,61 juta pasangan pada kuartal ketiga 2025.
Meski tren ini menggembirakan, para ahli menilai tantangan mendasar tetap ada mulai dari tekanan ekonomi, mahalnya biaya hidup, hingga gaya hidup anak muda yang semakin mandiri.
Namun, langkah ini dianggap sebagai awal yang baik. Setidaknya, pemerintah berhasil membuat pernikahan terasa lebih sederhana, modern, dan menyenangkan, bukan lagi hal yang menakutkan bagi generasi muda China.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)